Damaskus, Purna Warta – Setidaknya dua warga sipil terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan penyeberangan Jusiyah di dekat perbatasan Suriah-Lebanon pada hari Senin, menurut kantor berita pemerintah Suriah SANA.
Serangan itu terjadi sekitar pukul 9 malam waktu setempat (1800 GMT), saat pasukan Israel melancarkan serangan udara dari wilayah Lebanon. Penyeberangan Jusiyah, yang sebelumnya telah dibom, kembali diserang, menyebabkan kerusakan pada fasilitas tersebut. Serangan itu mengakibatkan cedera pada dua warga sipil, serta kerusakan material.
Pada hari Sabtu, serangan udara Israel telah menargetkan penyeberangan di wilayah al-Qusayr di provinsi Homs Suriah, yang menimbulkan kerusakan parah.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa sejak 23 September, sekitar 560.000 orang telah melarikan diri dari Lebanon ke Suriah karena perang yang sedang berlangsung, yang telah meningkat dengan serangan udara Israel di Lebanon.
Serangan Israel terhadap Suriah terjadi di tengah serangannya yang terus berlanjut di Gaza dan Lebanon.
Di Gaza, serangan udara dan darat militer Israel telah menewaskan sedikitnya 44.235 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan menyebabkan lebih dari 104.600 lainnya terluka sejak 7 Oktober, ketika gerakan perlawanan Palestina melancarkan operasi Banjir Al-Aqsa.
Sementara itu, Hizbullah, dalam mendukung Gaza, membuka front di Lebanon selatan, bergabung dalam perang melawan pasukan Israel.
Hingga 8 Oktober 2023, otoritas kesehatan Lebanon melaporkan bahwa lebih dari 3.600 orang telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon, dengan lebih dari 15.300 lainnya terluka dan lebih dari satu juta orang mengungsi.
Dalam insiden terpisah, sebuah bus militer yang membawa tentara Suriah diserang oleh alat peledak di jalan raya antara Homs dan Masyaf.
Serangan itu terjadi di dekat desa al-Haisa, menyebabkan sebelas tentara terluka, satu di antaranya kritis.
Mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit militer terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Suriah terus menghadapi serangan sporadis dari sisa-sisa kelompok teroris Daesh, yang merebut sebagian besar wilayah negara itu pada tahun 2014 sebelum dikalahkan oleh pasukan Suriah dan sekutu mereka pada tahun 2019.
Pemerintah Suriah menuduh AS, Israel, dan sekutu mereka mendukung kelompok Takfiri yang mengganggu stabilitas negara.
Israel telah menjadi pendukung utama faksi-faksi yang menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad sejak dimulainya konflik Suriah lebih dari satu dekade lalu.