Beirut, Purna Warta – Sebuah bangunan hunian delapan lantai di lingkungan Basta di pusat kota Beirut hancur Sabtu dini hari setelah dihantam oleh sedikitnya empat rudal Israel, menewaskan enam orang dan melukai 24 orang, menurut laporan otoritas setempat.
Ledakan dahsyat itu, yang dilaporkan disebabkan oleh bom penghancur bunker, mendatangkan malapetaka di daerah padat penduduk itu, yang merupakan rumah bagi banyak penduduk dan pengungsi. Tim penyelamat bekerja membersihkan puing-puing di Jalan Al-Mamoun, tempat bangunan-bangunan di sekitarnya juga mengalami kerusakan signifikan, yang memicu kekhawatiran bahwa jumlah korban tewas bisa bertambah.
“Tim penyelamat bekerja membersihkan puing-puing di Jalan Al-Mamoun di Basta, tempat pesawat musuh menargetkan sebuah bangunan hunian, yang menyebabkan banyaknya korban tewas dan luka-luka,” demikian pernyataan Kantor Berita Nasional Lebanon.
Tentara Israel tidak memberikan peringatan evakuasi sebelumnya atas serangan tersebut, yang oleh penduduk digambarkan sebagai serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam intensitasnya.
Media berbahasa Ibrani mengklaim serangan itu adalah pembunuhan yang ditargetkan terhadap “pemimpin terkemuka Hizbullah,” dengan spekulasi daring menyebutkan Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem atau pejabat senior Talal Hamiya sebagai kemungkinan target. Namun, belum ada konfirmasi resmi yang dikeluarkan.
Serangan Basta menyusul pemboman besar-besaran Israel selama sehari di Lebanon, termasuk serangan udara di pinggiran selatan Beirut dan di kota-kota selatan seperti Tyre dan Nabatieh, serta Lembah Bekaa timur. Laporan menunjukkan puluhan keluarga telah tewas dalam serangan yang sedang berlangsung ini.
Setelah kejadian itu, Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk lingkungan Al-Hadath, Choueifat, dan Al-Amrousieh di Beirut selatan, yang menambah ketegangan di ibu kota.
Sementara itu, media Barat melaporkan petunjuk tentang kemungkinan kesepakatan gencatan senjata. The New York Times, mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa Israel mungkin lebih terbuka terhadap gencatan senjata di Lebanon daripada di Gaza karena adanya penilaian ulang atas opsi militernya. Namun, serangan terbaru tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan de-eskalasi yang akan segera terjadi.
Upaya pencarian dan penyelamatan di Basta terus berlanjut di tengah kekhawatiran akan lebih banyak korban di bawah reruntuhan.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Dakwaan ini bermula dari tindakan kriminal selama perang yang sedang berlangsung melawan Gaza dan Lebanon, termasuk penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.