Beirut, Purna Warta – Operasi militer Israel di Lebanon telah meningkat, menewaskan sedikitnya 31 warga sipil selama 24 jam terakhir di tengah upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata.
Serangan Israel juga melukai 62 orang di seluruh negeri pada hari Senin, menurut Kementerian Kesehatan negara tersebut.
Militer Israel menyerang wilayah Tayr Harfa dan Chamaa pada Selasa pagi, dengan rekaman video yang menunjukkan gumpalan asap mengepul di atas pinggiran selatan Beirut.
Selain itu, pasukan Israel telah mengeluarkan perintah pemindahan paksa untuk beberapa lingkungan di Beirut selatan, yang rencananya akan segera menjadi target, memerintahkan penduduk di dekatnya untuk segera mengungsi.
Dalam sepasang posting di X, Avichay Adraee, juru bicara Israel berbahasa Arab, membagikan peta yang menyoroti beberapa bangunan di lingkungan Beirut selatan Borj El Brajneh dan Tahouitet al-Ghadir, yang ia sebut sebagai target potensial.
Selama akhir pekan, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 29 warga sipil di Beirut tengah dan puluhan lainnya di berbagai kota Lebanon, meningkatkan kekhawatiran tentang meningkatnya jumlah korban sipil di wilayah tersebut.
Menanggapi pemboman udara Israel, Hizbullah melepaskan salah satu serangan roket terbesarnya hingga saat ini, menembakkan sekitar 250 rudal ke wilayah pendudukan Israel utara pada hari Minggu.
Hizbullah mencirikan rentetan serangan ini sebagai pembalasan atas serangan Israel, yang telah meningkatkan kewaspadaan tentang situasi yang memburuk dengan cepat.
Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Lebanon sejak 8 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 3.768, dengan jumlah korban luka meningkat menjadi 15.699, menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon.
Lonjakan kekerasan terjadi saat laporan mengatakan rezim Israel tengah bersiap menyetujui gencatan senjata selama 60 hari dengan Lebanon.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pembicaraan terus berlanjut tetapi belum tuntas, seraya mencatat, “Kami yakin kami telah mencapai titik ini di mana kami sudah dekat.”
Upaya difokuskan pada pemulihan gencatan senjata berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri perang besar terakhir antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2006.
Rancangan perjanjian gencatan senjata mencakup masa transisi selama 60 hari di mana militer Israel akan mundur dari Lebanon selatan, tentara Lebanon akan dikerahkan di daerah yang dekat dengan perbatasan dan pejuang perlawanan Hizbullah akan bergerak ke utara Sungai Litani.