Washington, Purna Warta -Pada saat yang sama ketika para senator AS menyatakan skeptisisme tentang diplomasi nuklir dengan Iran, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mengklaim bahwa kesepakatan untuk kembali ke JCPOA tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Sementara itu, pemerintahan baru AS mengklaim pihaknya ingin kembali ke kesepakatan JCPOA, beberapa pernyataan dari pihak Gedung Putih menunjukkan bahwa Washington telah secara langsung menargetkan program nuklir Iran.
“Mengakhiri program nuklir Iran tetap menjadi salah satu perhatian dan tujuan paling mendesak Amerika Serikat,” kata seorang pejabat AS kepada media pemberitaan Politico pada Kamis pagi (15/7). “Semua tantangan dan ancaman yang kita hadapi dari Iran menjadi lebih berbahaya dan sangat menonjol dengan adanya program nuklir yang tak terkendali.”
Pejabat yang tidak disebutkan namanya mengklaim bahwa meskipun kebuntuan dalam pembicaraan Wina, pemerintahan Presiden AS Joe Biden masih berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran.
“Kami ingin melanjutkan upaya kami untuk membatasi program nuklir Iran melalui pengembalian dua pihak ke JCPOA dan pada saat yang sama secara aktif mencari melindungi kepentingan warganya dari program selain nuklir,” katanya, menambahkan bahwa pemerintah Biden bersedia menekan Iran untuk pembicaraan tentang isu-isu lebih lanjut.
Mengulangi tuduhan tak berdasar terhadap Republik Islam, pejabat AS mengatakan kepada Politico bahwa sejak mantan pemerintahan AS yang dipimpin oleh Donald Trump yang menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran dan penerapan kembali sanksi maksimum, perilaku Iran tidak berubah, termasuk terorisme dan serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah.
“hakikatnya adalah sederhana saja bahwa tidak ada perbaikan hubungan kami dengan Iran yang sejak penarikan Amerika Serikat dari JCPOA. Sebagian besar masalah kita dengan Iran bertambah buruk, sejak dimulainya kemajuan yang tidak terkendali dalam program nuklirnya,” imbuhnya.
“Mereka pesimis tentang kemungkinan berhasilnya usaha diplomasi nuklir dengan Teheran,” tulis Politico yang merujuk pada pertemuan rahasia para senator AS pada Rabu malam (14/7) dengan Menteri Luar Negeri Anthony Blinken.
Senator Bob Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan kepada surat media pemberitaan tersebut: “Jelas bahwa usaha kembali ke JCPOA masih berlangsung, tetapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.”
Menurut laporan itu, Senator Mark Warner, ketua Komite Intelijen Senat, mengatakan: “Kami tidak memiliki banyak pilihan bagus saat ini, begitu juga meninggalkan wilayah Timur Tengah tidak akan memperbaiki situasi bagi kami, sekutu kami, dan teman-teman Eropa kami.”
Politico juga memperingatkan, mengutip pernyataan Michael McCool, anggota senior Partai Republik dari Komite Urusan Luar Negeri DPR, bahwa kembalinya ke perjanjian JCPOA akan menyebabkan Washington kehilangan pengaruh atas Tehran karena harus mencabut banyak sanksi ekonomi.
McCool berpendapat bahwa tanpa sanksi, Amerika Serikat tidak akan dapat memastikan bahwa Iran dapat terkendali dan bisa bernegosiaso dalam permasalahan lainnya.
“Siapa pun yang realistis akan mengatakan bahwa sulit untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik,” kata senator anti-Iran dan ekstremis Marco Rubio setelah pertemuan dengan Blinken.
Laporan Politico muncul ketika Washington khawatir bahwa kesempatan untuk kembali ke kesepakatan nuklir hampir habis, meskipun ada sabotase AS menjelang pembicaraan kebangkitan JCPOA di Wina dan syarat Teheran agar semua sanksi dicabut.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan, mengutip sumber yang akrab dengan tim perunding AS di Wina, bahwa anggota tim khawatir bahwa kesempatan untuk menghidupkan kembali JCPOA sudah hampir habis.
Putaran keenam pembicaraan Wina untuk menghidupkan kembali JCPOA dimulai pada hari Sabtu, 12 Juni, dengan pertemuan Komisi Bersama anggota JCPOA di Wina, dan pada hari yang sama Abbas Araghchi menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Republik Islam Iran pasti tidak akan setuju dengan pertemuan tanpa keinginannya yakni pencabutan sanksi dilakukan AS. Namun di sisi lain, tanggal mulai pembicaraan putaran ketujuh itu pun belum ditentukan.