Beirut, Purna Warta – Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah berterima kasih kepada Iran karena telah membantu Lebanon mengatasi krisis ekonominya, dengan mengatakan bahwa Republik Islam Iran telah terbukti menjadi “teman yang tulus” di masa-masa sulit.
“Iran telah membuktikan bahwa ia telah menjadi sekutu yang tulus dan teman setia yang tidak mengecewakan sekutunya tidak peduli seberapa sulit situasinya,” kata Nasrallah saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Amir-Abdollahian juga menegaskan kembali dukungan Iran untuk Lebanon, menambahkan bahwa Teheran mendukung Beirut di setiap tingkat.
Selama pertemuan itu, kedua belah pihak membahas beberapa masalah, termasuk perkembangan politik terbaru di Lebanon dan kawasan, menurut pernyataan hari Jumat (8/10) oleh Hizbullah.
Lebanon telah terperosok dalam krisis ekonomi dan keuangan yang mendalam sejak akhir 2019. Krisis tersebut merupakan ancaman paling parah bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara selama 15 tahun yang berakhir pada 1990.
Krisis ekonomi dan keuangan sebagian besar terkait dengan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Lebanon serta campur tangan asing dalam urusan dalam negeri negara-negara Arab.
Pada bulan Agustus, ketika negara Arab mengalami kekurangan bahan bakar yang melumpuhkan, Nasrallah mengumumkan impor bahan bakar Iran untuk membantu Lebanon mengelola kekurangan tersebut.
Kapal tanker ketiga yang membawa bahan bakar Iran telah mencapai Suriah untuk dipindahkan ke negara tetangga Lebanon.
Iran juga telah menyatakan kesiapannya untuk menjual bahan bakar langsung ke pemerintah Lebanon.
AS: Hizbullah sedang memainkan permainan hubungan masyarakat
Terlepas dari tekanannya terhadap Lebanon, Amerika Serikat mengklaim bahwa mereka akan membantu negara Arab tersebut jika menolak bantuan Iran.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada hari Kamis (7/10) mengatakan bahwa mengimpor bahan bakar dari negara yang dikenai sanksi ekstensif seperti Iran jelas bukan solusi berkelanjutan untuk krisis energi Lebanon.
Dalam konferensi pers, Price mengatakan bahwa AS akan mendukung upaya untuk menemukan solusi energi yang akan mengatasi kekurangan energi dan bahan bakar Lebanon yang akut.
“Dalam pikiran kami, Hizbullah sedang memainkan permainan hubungan masyarakat, namun tidak terlibat dalam pemecahan masalah yang konstruktif,” tambahnya.
Bulan lalu, para menteri energi dari Yordania, Suriah, Lebanon, dan Mesir berkumpul di ibu kota Yordania, Amman, di mana mereka sepakat bahwa Lebanon akan mengimpor gas Mesir dan listrik Yordania melalui Suriah.
Dengan maksud untuk melawan pengaruh Iran di Lebanon, Amerika Serikat juga mendukung perjanjian tersebut. Duta Besar AS untuk Beirut, Dorothy Shea mengumumkan bahwa beberapa dari apa yang dikenal sebagai sanksi Caesar Act terhadap Suriah dapat diamandemen untuk menangani transportasi bahan bakar.
Hizbullah berpendapat bahwa pengiriman bahan bakar Iranlah yang mendorong Washington untuk mengizinkan impor gas Mesir dan listrik Yordania melalui Suriah.
Zionis tidak akan bisa tidur nyenyak
Dalam pertemuan lain di Lebanon, Amir-Abdollahian mengatakan kepada perwakilan faksi dan kelompok Palestina di kedutaan Iran bahwa Zionis tidak dapat tidur nyenyak karena perlawanan Palestina.
Dia mengatakan fakta bahwa tembok tinggi masih didirikan di sekitar wilayah pendudukan menunjukkan bahwa perlawanan masih terus berlangsung dan Zionis tidak akan bisa tidur nyenyak.
Mengacu pada pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York bulan lalu, menteri luar negeri Iran mengatakan bahwa masalah Palestina adalah masalah vital dan Iran tidak mengakui rezim Zionis.
“Jug pada hari ini, di Beirut, kami dengan lantang menekankan bahwa kami hanya tahu satu negara di sana dan negara itu bernama Palestina, yang ibu kota permanennya adalah al-Quds,” ungkapnya.
“Jangan ragu bahwa pemerintah Republik Islam Iran, Imam Khamenei dan rakyat Iran akan melanjutkan dukungan kuat mereka untuk perlawanan dan Palestina sampai pembebasan semua tanah bersejarah Palestina dan sampai pembebasan Quds dan al- Masjid Aqsa,” tambah kepala diplomat Iran itu.
Delegasi Palestina juga memuji dukungan Iran untuk front perlawanan terhadap pendudukan Israel, mengingat beberapa negara Arab telah bergegas untuk menormalkan hubungan dengan rezim Israel.
Menteri luar negeri Iran tiba di Beirut pada hari Kamis (7/10). Dia mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi Lebanon, termasuk presiden negara itu, perdana menteri, ketua parlemen dan menteri luar negeri.