Saling Bentrok, Sejumlah Ledakan Terdengar di Ibukota Libya, Kematian Meningkat

Saling Bentrok, Sejumlah Ledakan Terdengar di Ibukota Libya, Kematian Meningkat

Tripoli, Purna Warta Konflik antara supporter pemerintah rival telah menewaskan sedikitnya 12 orang dan merusak enam rumah sakit di ibu kota Libya dalam sejumlah ledakan, memicu kekhawatiran bahwa krisis politik dapat berubah menjadi konflik baru yang lebih besar.

Tembakan senjata ringan dan ledakan mengguncang sejumlah distrik di Tripoli semalam  penuh hingga Sabtu. Asap terlihat membubung dari gedung-gedung yang rusak.

Baca Juga : Statistik Terbaru Korban 8 Tahun Agresi Koalisi Saudi di Yaman

Pada Sabtu dini hari, kementerian kesehatan di Tripoli memberikan data bahwa korban awal 12 orang tewas dan 87 terluka akibat pertempuran itu.

Enam rumah sakit terkena dampak dan ambulans tidak dapat mencapai daerah yang terkena dampak bentrokan, kementerian mengatakan sambil mengutuk aksi tersebut dengan “kejahatan perang”.

Kedua supporter administrasi yang saling bersaing itu saling menyalahkan ketika video yang diposting online menunjukkan mobil dan bangunan yang terbakar penuh dengan lubang peluru, serta sebuah masjid yang terbakar.

Kantor berita Lana mengatakan seorang aktor Mustafa Baraka telah tewas di salah satu lingkungan yang dilanda pertempuran, memicu kemarahan dan duka di media sosial. Komedian itu dikenal karena video media sosialnya yang mengejek milisi dan korupsi.

Kekerasan tersebut terjadi setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan antara dua pemerintahan yang bersaing untuk menguasai negara Afrika Utara dan sumber daya minyaknya yang besar; Libya.

Baca Juga : Taliban Cegah Penerbangan Puluhan Mahasiswi untuk Study di Qatar

Ini adalah sebuah konfigurasi terbaru dalam perebutan kekuasaan yang kompleks dan sering disertai kekerasan sejak penggulingan pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011 lalu.

https://twitter.com/ExpatsTripoli/status/1563377341044105216

Krisis Politik

Misi PBB di Libya adalah menyerukan “penghentian permusuhan dengan segera”, sambil menyebutkan bahwa bentrokan bersenjata yang berlangsung itu termasuk penembakan tanpa pandang bulu di lingkungan berpenduduk sipil telah merusak rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.

Kedutaan Besar AS di Libya mengatakan “sangat prihatin” tentang bentrokan itu.

Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) Abdulhamid Dbeibah mengatakan pertempuran pecah setelah negosiasi untuk menghindari pertumpahan darah di kota barat gagal.

Pemerintah Dbeibah, yang dibentuk sebagai bagian dari proses perdamaian yang dipimpin PBB setelah putaran kekerasan sebelumnya, ditantang oleh pemerintah saingan yang dipimpin oleh mantan menteri dalam negeri Fathi Bashagha.

Bashagha, yang didukung oleh parlemen Libya dan panglima perang yang berbasis di timur, Khalifa Haftar, mengatakan mandat GNU telah berakhir.

Baca Juga : Mengapa Taiwan Menjadi Begitu Penting Bagi Amerika Serikat?

Tapi dia sejauh ini tidak dapat menjabat di Tripoli, karena Dbeibah bersikeras hanya menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah terpilih.

Pemerintah Dbeibah menuduh Bashagha melakukan ancamannya untuk merebut Tripoli dengan paksa.

GNU Dbeibah mengatakan negosiasi telah berlangsung untuk mengadakan pemilihan pada akhir tahun untuk menyelesaikan krisis politik, tetapi Bashagha telah keluar di saat-saat terakhir.

Bashagha membantah pembicaraan semacam itu telah terjadi, dan menuduh bahwa pemerintahan yang tidak sah yang dipegang oleh Dbeibah bersikukuh pada kekuasaannya.

Bashagha diangkat pada bulan Februari oleh parlemen, yang dipilih pada tahun 2014 dan berbasis di kota timur Tobruk, tetapi dia tidak dapat memaksakan otoritasnya di Tripoli.

Diawali dengan mengesampingkan penggunaan kekerasan, mantan menteri dalam negeri sejak itu mengisyaratkan bahwa ia dapat saja menggunakan kekerasan.

Baca Juga : Rusia Hancurkan Howitzer Buatan AS Untuk Lindungi Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia

Pekan lalu, dia meminta “pria terhormat Libya” untuk menghentikan dukungan mereka terhadap pemerintahan Dbeibah yang “usang dan tidak sah”.

Bulan lalu, bentrokan antara kelompok saingan di Tripoli menewaskan 16 orang, termasuk seorang anak kecil.

Ini adalah kekerasan paling mematikan yang melanda ibu kota Libya sejak upaya panglima perang Haftar untuk merebutnya dengan paksa pada 2019 dan 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *