Moskow, Purna Warta – Seorang pejabat tinggi militer Rusia telah menyatakan bahwa pesawat perang koalisi militer pimpinan AS telah melanggar wilayah udara Suriah hampir tiga lusin kali dalam 24 jam terakhir.
Laksamana Muda Vadim Kulit, wakil kepala Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Pihak Berperang di Suriah, mengatakan pada hari Sabtu (12/8) bahwa kendaraan udara tak berawak telah melanggar wilayah udara Suriah dan protokol pelepasan sebanyak 14 kali.
Baca Juga : LSM: Kekerasan Pemukim Israel Bertanggung Jawab Atas Hilangnya Komunitas Palestina
Dia berargumen bahwa aliansi militer Barat, yang mengklaim memerangi terorisme, terus menimbulkan kondisi berbahaya di langit Suriah karena melakukan penerbangan mengganggu yang bertentangan dengan protokol dan belum dikoordinasikan dengan pihak Rusia.
Kulit mencatat, 18 pelanggaran juga tercatat di area pangkalan militer al-Tanf AS, yang melibatkan empat pasang jet tempur F-35, dua pasang pesawat tempur Typhoon, dua pasang jet tempur Rafale dan dua drone multiguna MQ-1C dari koalisi.
Militer AS telah menempatkan pasukan dan peralatan di Suriah timur laut, dengan Pentagon mengklaim penempatan itu bertujuan untuk mencegah ladang minyak di daerah itu jatuh ke tangan teroris Daesh.
Damaskus, bagaimanapun, berpendapat bahwa pengerahan AS yang tidak sah ditujukan untuk menjarah sumber daya mineral negara yang kaya.
Rusia, bersama Iran, telah membantu pasukan Suriah dalam pertempuran di seluruh negara yang dilanda konflik, terutama memberikan dukungan udara untuk operasi darat melawan teroris yang didukung asing.
Baca Juga : Iran Amankan Pelepasan Dana $10 Miliar Yang Diblokir Di Korea Selatan Dan Irak
Kembali pada 18 Juli, Mikhail Bogdanov, perwakilan khusus presiden Rusia untuk Timur Tengah dan Afrika, mengkritik keras kehadiran ilegal pasukan militer AS di Suriah, menuntut agar Pentagon mengakhiri pendudukan tidak sahnya atas wilayah negara Arab yang kaya energi dan mineral.
“Washington menggunakan dalih memerangi terorisme untuk hadir di timur Sungai Efrat di wilayah yang penting secara ekonomi, di mana minyak mentah dan cadangan alam strategis melimpah,” katanya saat itu.