Baghdad, Purna Warta – Rumah seorang komandan brigade Unit Mobilisasi Populer Irak (PMU), yang juga dikenal sebagai Hashd al-Sha’abi, dilaporkan telah diserang teroris di ibu kota, Baghdad.
PMU mengumumkan serangan tersebut dalam sebuah pernyataan yang salinannya diterbitkan oleh jaringan televisi Irak al-Sumariah pada hari Selasa (12/10), mengatakan, “Sebuah ledakan bom suara menargetkan rumah Letnan Kolonel Haqqi Ismail Amin (Abu Akbar al-Khalidi), komandan Brigade ke-33 dalam Pasukan Mobilisasi Populer, di daerah al-Shu’ala di ibu kota, Baghdad.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa ledakan itu mengakibatkan luka ringan pada dua anggota keluarga, mereka telah dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.
Media Irak mengatakan bahwa para pelaku aksi teroris telah melarikan diri dari tempat kejadian.
PMU yang merupakan koalisi terbesar kelompok perlawanan Irak, telah memainkan peran kunci dalam kemenangan Irak 2017 melawan kelompok teroris ISIS.
Sejak kekalahan ISIS, bagaimanapun kelompok anti-teror telah menjadi sasaran berulang kali oleh militer AS, mendorong kelompok perlawanan Irak untuk meningkatkan upaya untuk mendorong AS keluar dari negara mereka atas kegiatan destabilisasi.
PMU juga telah memainkan peran penting dalam melindungi kedaulatan dan integritas wilayah Irak dari pasukan musuh dan pendudukan.
Parlemen Irak mengesahkan undang-undang awal tahun lalu yang mengamanatkan pembatalan izin Baghdad untuk kehadiran pasukan pimpinan AS.
Undang-undang tersebut mendapatkan persetujuan dari mayoritas badan legislatif, yang datang sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak AS sebelumnya yang telah menewaskan komandan senior anti-teror Iran dan Irak, Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.
Pasukan perlawanan Irak telah bersumpah untuk tidak meletakkan senjata mereka sampai AS menghentikan kehadiran ilegalnya dan ikut campur di Irak.
Fatah Irak terus menentang hasil pemilu
Dalam perkembangan terpisah pada hari Selasa (12/10), koalisi politik Aliansi Fatah Irak mengatakan akan terus memperjuangkan hasil pemungutan suara awal dan tidak akan mundur dari melindungi surat suara yang diberikan dalam pemilihan umum pada hari Minggu (10/10).
Ahmed al-Assadi, juru bicara Aliansi Fatah, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi bahwa koalisi akan mengajukan banding terhadap hasil pemilihan karena telah mengalami penurunan tajam dari 48 menjadi sekitar selusin kursi di parlemen.
Assadi mengatakan ada kebingungan dan kurangnya transparansi dalam pengumuman hasil. Ia menambahkan bahwa aliansi mendukung Komisi Pemilihan Tinggi negara itu namun mereka akan terus mengajukan keluhan dan keberatan sehubungan dengan hasil pemungutan suara.
“Ada manipulasi suara oleh pihak tidak langsung yang mempengaruhi hasil caleg kita,” katanya. “Kami telah mengajukan banding dengan hasil ini, dan proses penghitungan manual dan penyortiran hasil harus diperhitungkan.”
Juru bicara itu juga menekankan bahwa penolakan aliansi terhadap hasil tersebut tidak bertentangan dengan faksi politik mana pun.
Pemimpin aliansi Fatah, Hadi al-Amiri, sebelumnya mengecam hasil tersebut sebagai “buatan” dan mengatakan dia akan menolaknya apa pun resikonya.