ِDamaskus, Purna Warta – Sebuah pangkalan militer yang menampung pasukan AS di provinsi timur Dayr al-Zawr telah diserang roket beberapa jam setelah Pentagon melakukan beberapa serangan udara terhadap pasukan Suriah.
Jaringan berita televisi Lebanon al-Mayadeen, mengutip sumber-sumber lokal, melaporkan bahwa roket-roket itu mendarat di sekitar ladang minyak al-Omar yang dikuasai AS sekitar pukul 11.00 waktu setempat (0800 GMT) pada hari Jumat (24/3), menyebabkan beberapa ledakan.
Tidak ada laporan segera tentang cedera dan tingkat kerusakan.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah militer AS melancarkan beberapa serangan udara terhadap pasukan Suriah. Washington mengatakan itu mengenai posisi pejuang perlawanan di belakang serangan pesawat tak berawak yang menewaskan seorang kontraktor Amerika, melukai yang lain dan juga melukai lima tentara AS.
Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan terhadap personel AS terjadi di pangkalan militer dekat Hasakah di timur laut Suriah sekitar pukul 1:38 malam waktu setempat (1038 GMT) pada hari Kamis.
Kepala Pentagon Lloyd Austin mengatakan serangan udara AS dilakukan atas arahan Presiden Joe Biden dan menargetkan fasilitas yang digunakan oleh kelompok yang menentang kehadiran pasukan Amerika di Suriah.
“Serangan udara dilakukan sebagai tanggapan atas serangan hari ini serta serangkaian serangan baru-baru ini terhadap pasukan koalisi di Suriah,” kata Austin dalam sebuah pernyataan.
Sumber-sumber lokal menunjukkan bahwa sasarannya bukanlah pos militer yang berpihak pada Iran seperti yang diklaim militer AS, melainkan pusat pembangunan pedesaan dan pusat biji-bijian di lingkungan Hrabash, dekat bandara militer Dayr al-Zawr.
Sementara itu, tidak ada warga Iran yang tewas dalam aksi agresi tersebut.
Sumber militer di Suriah mengatakan kepada Press TV bahwa kelompok perlawanan berhak untuk menanggapi serangan Amerika dan akan mengambil tindakan timbal balik.
Militer AS telah lama menempatkan pasukan dan peralatannya di Suriah timur laut, dengan Pentagon mengklaim bahwa pengerahan itu bertujuan untuk mencegah ladang minyak di daerah itu jatuh ke tangan teroris Daesh.
Damaskus menyatakan bahwa, mempertahankan pengerahan itu dimaksudkan untuk menjarah sumber daya alam negara itu. Mantan presiden AS Donald Trump mengakui dalam beberapa kesempatan bahwa pasukan Amerika berada di negara Arab untuk kekayaan minyaknya.