Teheran, Purna Warta – Menanggapi keputusan Kazakhstan untuk bergabung dengan apa yang disebut Perjanjian Abraham, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan rezim Zionis, yang bertanggung jawab atas genosida dan agresi yang sedang berlangsung, tidak pantas mendapatkan pengakuan atau normalisasi.
Berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers pada hari Senin, Esmaeil Baqaei menanggapi pengumuman Kazakhstan untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham.
Ia mengatakan bahwa, pada prinsipnya, Iran percaya bahwa rezim yang telah melakukan genosida berkelanjutan dan tindakan agresif terhadap negara lain tidak pantas mendapatkan pengakuan atau normalisasi dalam bentuk apa pun.
Baqaei menyatakan bahwa Iran menolak konsep normalisasi secara keseluruhan dengan rezim Israel.
Ia menambahkan bahwa Kazakhstan telah menjalin hubungan dengan rezim Zionis selama lebih dari tiga dekade, dan deklarasi terbaru tersebut tampaknya merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa rezim Israel tidak terisolasi.
Juru bicara tersebut juga menyatakan bahwa AS, melalui tindakan dramatis tersebut, berupaya memfasilitasi kelanjutan genosida di Jalur Gaza.
Kazakhstan telah resmi berjanji untuk bergabung dengan Abraham Accords, serangkaian perjanjian yang ditengahi AS yang diluncurkan pada tahun 2020 untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara rezim Israel dan negara-negara Arab.
Presiden AS Donald Trump memperluas perjanjian tersebut dengan memastikan komitmen Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev untuk menandatangani perjanjian tersebut melalui panggilan telepon yang dihadiri oleh kedua pemimpin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Panggilan telepon tersebut dilakukan dari Ruang Oval saat Tokayev berkunjung ke Washington untuk menghadiri KTT C5+1, sebuah pertemuan yang melibatkan para pemimpin Uzbekistan, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Amerika Serikat. AS juga menyelesaikan kesepakatan senilai $1,1 miliar yang memberikan hak kepada perusahaan Amerika untuk mengembangkan deposit mineral penting Kazakhstan.
Pada KTT C5+1, Trump memberikan isyarat tersebut dengan mengundang Tokayev untuk bergabung dalam panggilan telepon dengan Netanyahu guna menegaskan kembali niat Kazakhstan untuk bergabung dalam inisiatif tersebut.


