Teheran, Purna Warta – Presiden Ebrahim Raeisi mengatakan upaya musuh untuk mengisolasi Iran dan membuat rakyat Iran putus asa telah gagal, sebab kenyataannya semua indikator menunjukkan adanya pertumbuhan dan kemajuan di negara tersebut. Hal tersebut disampaikan Presiden Iran Ebrahim Raisi saat berbicara pada konferensi pers di Teheran, Selasa (29/8).
Raisi mengatakan pada konferensi pers di Teheran bahwa meskipun Iran telah menjalin hubungan yang kuat dengan negara-negara Islam dan berpikiran sama, musuh-musuhnya juga mengetuk pintu setelah awalnya mencoba meninggalkan negara tersebut ketika terjadi kerusuhan menyusul kematian seorang wanita muda pada September lalu.
“Musuh mencoba mengikuti dua strategi yaitu mengisolasi Iran di dunia dan mengecewakan orang-orang di dalamnya, namun gagal dalam kedua strategi tersebut.” Paparnya.
“Itu karena kami mengikuti banyak agenda dalam kebijakan luar negeri kami pada saat yang bersamaan, salah satunya adalah JCPOA,” kata presiden, mengacu pada perjanjian nuklir tahun 2015 yang membahas tentang dukungan kehidupan setelah penarikan AS.
“Kami telah mengikuti hubungan dengan negara-negara tetangga serta negara-negara Islam dan sekutunya, dan meningkatkan tingkat hubungan politik, ekonomi dan komersial dimana hubungan komersial telah tumbuh 14 persen dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya,” katanya.
“Dalam bidang hubungan perdagangan regional dan langkah-langkah bisnis yang diyakini sebagian orang hanya sedikit yang bisa dilakukan, pemerintah memecahkan rekor dan ternyata ada banyak kapasitas di negara ini,” tambah Raisi.
“Hubungan dengan Amerika Latin, Afrika dan banyak negara Asia serta aktifnya Uni Ekonomi Eurasia dan keanggotaan dalam Organisasi Kerjasama Shanghai dan baru-baru ini di BRICS semuanya menunjukkan bahwa musuh tidak berhasil dalam kebijakannya untuk mengisolasi Iran Islam dan politik kita. situasi komersial dan ekonomi menunjukkan kegagalan musuh dalam strategi ini.” Lanjutnya.
Presiden Raisi juga menyinggung proyek musuh yang mengecewakan rakyat Iran.
“Belum beberapa bulan berlalu ketika serangan siber berskala nasional dilancarkan di SPBU,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Di seluruh negeri, mereka mencoba membuat marah masyarakat dengan menciptakan masalah, namun masyarakat terus melakukannya dengan waspada dan penuh wawasan serta mengecewakan musuh.”
Ketika musuh menyadari bahwa rakyat mendukung pemerintah dan negara mengalami kemajuan, hal itu justru memicu kerusuhan, kata presiden.
“Mereka mengira hal itu dapat ditindaklanjuti dengan agitasi. Bahkan pihak Barat pun meninggalkan meja perundingan dan menggantungkan harapannya pada kerusuhan,” ujarnya.
“Mereka mengira bisa mencapai tujuannya dalam kerusuhan, namun masyarakat mengecewakannya, setelah itu mereka langsung menyampaikan pesan ingin kembali ke meja perundingan dan memulai perundingan,” kata Raesi.
“Mereka berusaha mengecewakan masyarakat di berbagai sektor, dan justru rakyat Iran yang mengecewakan mereka.” Ungkapnya.
Presiden mengatakan upaya dan harapan masyarakat telah meningkat dari hari ke hari, seperti yang ditunjukkan oleh indikator produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta inisiatif berbasis pengetahuan yang dilakukan oleh para pemuda Iran.
“Hari ini adalah hari dimana Islam Iran dikenal sebagai negara maju dan berteknologi,” ujarnya. “Semua indikator menunjukkan pertumbuhan, upaya dan kemajuan.”
Laporan media AS mengatakan pemerintahan Biden telah melakukan negosiasi secara diam-diam untuk membuka saluran diplomatik dengan Iran. Perundingan tidak langsung tersebut, kata mereka, mencerminkan dimulainya kembali diplomasi antara Amerika Serikat dan Iran setelah gagalnya perundingan selama lebih dari satu tahun untuk memulihkan perjanjian nuklir tahun 2015.
Pihak Iran belum mengomentari klaim tersebut, namun Presiden Raeisi mengatakan pada hari Selasa bahwa “Kami tidak meninggalkan meja perundingan untuk menghapus sanksi”.
“Pihak lain meninggalkan meja perundingan dan sekarang mereka menyesalinya, menyatakan bahwa mereka siap untuk bernegosiasi.”
Selain mendorong penghapusan sanksi melalui menghidupkan kembali perjanjian nuklir, presiden mengatakan, Republik Islam “mengejar hal-hal lain”, seperti keanggotaan Iran dalam aliansi regional dan ekstra-regional, seperti Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
“Aliansi seperti Organisasi Kerjasama Shanghai dan BRICS jelas efektif melawan unilateralisme AS,” kata presiden.
“Hubungan dengan infrastruktur Shanghai penting bagi kami. Tanggapan saya terhadap mereka yang mengatakan bahwa jalan keluar dari permasalahan kita adalah dengan senyuman Amerika atau beberapa negara Eropa, adalah kita tidak akan menunggu senyuman mereka.”
Bersama dengan anggota SCO, Iran dapat memberikan pengaruh dengan kapasitasnya yang tinggi, kata Presiden Raeisi.
“Pengaruh ini bersifat dua arah, jadi kami akan mengambil tindakan yang diperlukan dan tidak menunggu mereka [Barat] mengambil keputusan untuk kami,” tambahnya.