Tehran, Purna Warta – Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kebijakan inti Republik Islam adalah mendukung negara-negara yang menjauhkan diri dari Israel. “Kelalaian beberapa negara Muslim terhadap kebijakan prinsip Republik Islam Iran ini telah menimbulkan pukulan berat bagi umat Islam,” kata Raeisi dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Sudan Ali al-Sadiq Ali di Teheran, Senin (5/2).
Baca Juga : Utusan: Bahasa Ancaman Tidak Akan Berhasil Lawan Iran
Dia menambahkan bahwa rezim kriminal Israel selalu menyusun rencana untuk menghalangi jalan negara-negara Muslim menuju kemajuan. Israel tidak akan berteman dengan negara-negara Muslim atau tertarik dengan perkembangan mereka, tegasnya.
Presiden Iran mengkritik langkah beberapa negara Muslim untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Tel Aviv, yang menurutnya bertentangan dengan sifat mereka. “Seandainya negara-negara ini mencoba memutus hubungan mereka dengan Zionis, saat ini kita tidak akan menyaksikan berlanjutnya serangan dan pemboman terhadap masyarakat Muslim dan tertindas di Gaza,” kata Raisi.
Empat negara Arab – Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko – setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel berdasarkan perjanjian yang ditengahi AS pada tahun 2020, ketika mantan Presiden AS Donald Trump masih menjabat. Warga Palestina melihat perjanjian tersebut sebagai sebuah tikaman dan penghinaan langsung terhadap upaya mereka untuk membebaskan tanah mereka dari pendudukan Israel.
Di bagian lain sambutannya, Raisi mengatakan Iran sepenuhnya mendukung integritas teritorial Sudan dan pembentukan pemerintahan yang kuat di negara Afrika tersebut. Ia juga menyambut baik kebangkitan hubungan timbal balik setelah tujuh tahun vakum.
Baca Juga : Iran Tuntut AS untuk Tinggalkan Timur Tengah
Menunjuk pada kapasitas dan tekad kedua negara untuk meningkatkan hubungan politik, ekonomi dan budaya, ia menambahkan bahwa pertukaran duta besar dan pembukaan kembali kedutaan besar di Teheran dan Khartoum telah mempersiapkan landasan yang tepat untuk meningkatkan hubungan.
Pada Oktober 2023, Iran dan Sudan sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun demi kepentingan kedua negara. Teheran dan Khartoum memutuskan untuk memulihkan hubungan setelah Iran dan Arab Saudi menandatangani perjanjian yang ditengahi Tiongkok pada Maret 2023 untuk melanjutkan hubungan setelah putus selama tujuh tahun.
Riyadh menutup misi diplomatiknya di Teheran pada tahun 2016 setelah mereka digeledah oleh pengunjuk rasa yang marah atas eksekusi ulama Syiah terkemuka Nimr Baqir al-Nimr di Saudi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Sudan mengatakan negaranya ingin memulihkan hubungan politik dan diplomatik dengan Iran.
Baca Juga : Iran Kutuk Serangan Teroris di Gedung Pengadilan di Istanbul
Dia memuji dukungan politik Iran terhadap Sudan di kalangan internasional dan mengatakan Khartoum siap mengembangkan kerja sama ekonomi dan komersial dengan Teheran.