Presiden Pezeshkian Tegaskan Iran tidak Kejar Senjata Nuklir dan Perang

Teheran, Purna Warta – Presiden Masoud Pezeshkian telah menegaskan kembali bahwa Iran tidak mengejar senjata nuklir dan perang, dan bahwa tuduhan tidak berdasar yang bertentangan terutama dibuat oleh Israel, yang telah melakukan agresi terhadap semua negara di kawasan tersebut.

“Kami tidak mengejar senjata nuklir. Pemimpin Revolusi Islam kita yang terhormat [Ayatollah Seyyed Ali Khamenei] telah mengeluarkan fatwa yang menentangnya,” katanya kepada para duta besar dan utusan asing di Teheran pada hari Kamis.

“Bahkan mereka yang berpikir mereka dapat mendorong negara ini ke arah senjata nuklir tidak dapat melakukannya karena doktrin Republik Islam Iran, dalam keadaan apa pun, tidak menerima pembunuhan massal terhadap orang-orang yang tidak bersalah,” tambah Pezeshkian.

Doktrin nuklir Iran didasarkan pada fatwa Ayatollah Khamenei yang secara tegas melarang produksi, kepemilikan, dan penimbunan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya. Pezeshkian mengatakan memverifikasi sifat damai program nuklir Iran tidaklah sulit.

“Setiap kali inspektur (dari Badan Energi Atom Internasional) menginginkannya, mereka datang dan memeriksa. Mereka dapat datang dan memeriksa seratus kali lagi. Ketika kita tidak memiliki niat seperti itu, mereka seharusnya tidak terus mengatakan setiap hari bahwa Iran sedang mengejar senjata nuklir.” Tuduhan tak berdasar terhadap Iran tersebut, kata Pezeshkian, datang dari rezim pendudukan Israel, sebuah entitas yang “telah melanggar kedaulatan semua negara di kawasan tersebut—namun para pembela hak asasi manusia mengklaim bahwa mereka hanya membela diri.”

“Siapa yang mengusir penduduk Gaza dari rumah mereka dan menjadikan mereka pengungsi? Orang yang mengungsi harus membela diri. Setiap manusia yang bebas, ketika hak-haknya dirampas, pasti akan bangkit. Dunia hanya akan melihat perdamaian ketika mereka yang mengaku menjunjung tinggi hak asasi manusia menghormatinya tanpa memandang suku, ras, atau agama,” tambahnya.

Berpidato di hadapan para duta besar negara-negara Islam, Pezeshkian menekankan bahwa “Iran mencari hubungan yang tulus untuk saling bertukar pengalaman.”

Pada tahun 2015, Iran membuktikan kepada dunia bahwa program nuklirnya bersifat damai dengan menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dengan enam negara adidaya.

Namun, penarikan diri sepihak Washington pada tahun 2018 dan penerapan kembali sanksi terhadap Teheran membuat masa depan kesepakatan tersebut tidak menentu.

Pada tahun 2019, Iran mulai mencabut batasan yang telah diterimanya berdasarkan JCPOA setelah pihak lain gagal memenuhi komitmen mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *