Tehran, Purna Warta – Presiden Iran mengecam AS dan sekutu-sekutunya atas dukungan mereka yang tak tergoyahkan terhadap rezim Israel, dengan mengatakan bahwa mereka menghalangi demokrasi dengan mencegah warga Palestina menentukan masa depan mereka.
Baca Juga : Amerika-Inggris Serang Al-Hudaydah
Saat berpidato di upacara peringatan 45 tahun Revolusi Islam Iran yang dihadiri diplomat asing di Tehran, Ibrahim Raisi mengatakan pemerintah Barat mengklaim sebagai pejuang demokrasi, namun mereka menghalangi hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
“Anda yang berbicara tentang demokrasi harus mengizinkan setiap orang Palestina, baik Muslim, Kristen, atau Yahudi, untuk memilih. Setiap orang harus mempunyai hak untuk memilih,” katanya, seraya menambahkan bahwa Barat dan AS tidak boleh ikut campur dalam masa depan Palestina dan hanya bangsa Palestina yang harus memutuskan masa depan mereka.
Raisi menyinggung serangan Israel yang sedang berlangsung terhadap Gaza dan mengatakan bahwa sangat disayangkan negara-negara Barat mendukung perang genosida dan organisasi internasional tidak dapat menghentikan pertumpahan darah.
“Apakah ada penyesalan yang lebih besar dibandingkan dukungan AS dan negara-negara Barat terhadap kejahatan ini? Yang paling disesalkan adalah organisasi internasional tidak cukup efektif,” katanya.
Presiden Iran menyerukan reformasi tatanan dunia saat ini, dengan mengatakan bahwa sistem yang tidak adil ini telah membiarkan situasi saat ini di Palestina.
Raisi lebih lanjut menyebut Palestina sebagai pemenang utama dan rezim Israel sebagai pihak yang kalah dalam konflik tersebut.
Baca Juga : Assange Akan Disiksa Jika Diekstradisi oleh Amerika Kata PBB
“Kemenangan adalah milik bangsa Palestina dan rezim Israel telah dikalahkan karena tidak dapat mencapai tujuan yang telah diumumkan sebelumnya,” ujarnya.
Republik Islam berkomitmen pada prinsip-prinsipnya
Mengenai kemenangan Revolusi Islam Iran, Raisi mengatakan bangsa Iran dapat bangkit dan menggulingkan rezim lalim yang bersenjata lengkap dan didukung oleh Amerika.
Presiden Iran mengatakan pembentukan Republik Islam didirikan berdasarkan referendum populer di mana 98 persen masyarakat memilih demokrasi berdasarkan ajaran Islam.
Raisi mengatakan Barat menunjukkan penolakannya terhadap demokrasi yang sebenarnya dengan menghadapi Revolusi dan upaya untuk menghentikan Republik Islam yang baru lahir.
“Sering kali media [Barat] ini mengklaim bahwa Republik Islam akan runtuh dalam enam bulan, namun 45 tahun telah berlalu sejak 6 bulan yang mereka bicarakan. Tidak ada pembicaraan mengenai presiden AS saat itu dan negara-negara Barat lainnya yang berencana menghancurkan Republik Islam Iran. Meski begitu, Republik Islam Iran tetap berdiri kokoh,” katanya.
Baca Juga : Kenya: Ketua Sekte Sesat Digugat Atas Pembunuhan 191 Anak-Anak
Presiden Iran mengatakan banyak gerakan revolusioner telah menyimpang dari cita-cita dan slogan-slogan mereka setelah beberapa waktu, namun Revolusi Islam Iran terus berpegang pada prinsip-prinsip yang sama dengan yang mendasarinya.
Iran terus mendukung hak kebebasan rakyat Palestina dan masih berkomitmen pada slogan ‘Barat atau Timur’ yang diteriakkan orang-orang pada masa-masa awal Revolusi.