Tehran, Purna Warta – Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan Republik Islam tersebut berupaya memperluas hubungan baik dengan negara-negara di dunia berdasarkan rasa saling menghormati, tetapi menekankan bahwa negara tersebut tidak menoleransi perundungan.
Baca juga: Panglima IRGC: Israel akan Hadapi ‘Respons Keras’ atas Aksi Teror di Lebanon
“Seperti yang sering saya nyatakan dari berbagai platform, kami tidak memiliki permusuhan dengan negara mana pun, dan dasar kami adalah perdamaian dan persahabatan serta perluasan hubungan berdasarkan pemahaman yang baik dan rasa saling menghormati, tetapi kami pasti tidak akan pernah menoleransi perundungan,” kata Presiden Iran tersebut.
Ia menyampaikan pernyataan tersebut pada pertemuan dengan anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran pada hari Kamis (19/9) yang membahas kebijakan pemerintahan ke-14 negara tersebut.
Selama pertemuan tersebut, presiden menekankan pentingnya peran yang dimainkan oleh parlemen dalam memperbarui komunikasi dan interaksi dengan negara-negara tetangga.
“Pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) dan perjanjian dengan negara-negara tetangga, termasuk di bidang gas dan energi, transportasi dan transit, serta aktivasi pasar perbatasan dengan tujuan menjadikan Iran sebagai pusat perdagangan regional,” katanya.
“Dan dalam hal ini, peran parlemen negara-negara tersebut untuk membuka jalan dan memfasilitasi pelaksanaan perjanjian ini sangat efektif.”
Pezeshkian juga menekankan bahwa persatuan nasional merupakan dasar keberhasilan kebijakan luar negeri negara tersebut.
“Kami percaya bahwa keselamatan negara bergantung pada persatuan dan tercapainya visi dan bahasa yang sama untuk menyelesaikan masalah.”
Ia mencatat bahwa beberapa negara Barat, yang mengklaim sebagai pendukung hak asasi manusia dan pembela demokrasi, mendukung agresi brutal Israel di Gaza.
“Negara-negara ini harus mengatakan, terlepas dari agama dan kepercayaan apa pun, bagaimana… mereka mendukung pembunuhan puluhan ribu wanita dan anak-anak serta pemboman sekolah dan rumah sakit, sementara pada saat yang sama, mereka menuduh negara lain tidak menghormati hak asasi manusia,” katanya.
Baca juga: Pemukim di Tel Aviv Tak Lagi Aman Setelah Serangan Rudal Hipersonik Militer Yaman
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan tersebut sebagai tanggapan atas kampanye pertumpahan darah dan penghancuran yang telah berlangsung selama puluhan tahun oleh rezim Israel terhadap warga Palestina.
Perang genosida rezim tersebut di Gaza sejauh ini telah menewaskan lebih dari 41.272 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai puluhan ribu lainnya. Ribuan lainnya juga hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan.