Baghdad, Purna Warta – Perdana Menteri Mohammad Shia al-Sudani mengatakan Irak menginginkan penarikan segera pasukan asing pimpinan AS dari negaranya karena aktivitas mereka yang mengganggu stabilitas.
Baca Juga : Amerika Benarkan Serangan terhadap Kapal Amerika
Perdana Menteri Irak menyampaikan tuntutan tersebut dalam acara yang disiarkan televisi di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada hari Kamis (18/1).
Sudani mengatakan “berakhirnya koalisi pimpinan AS adalah suatu keharusan demi keamanan dan stabilitas Irak.”
“Ini juga merupakan kebutuhan untuk menjaga hubungan bilateral yang konstruktif antara Irak dan negara-negara koalisi.”
Perdana Menteri mengatakan penting juga untuk “segera memulai dialog, untuk mencapai pemahaman dan jadwal mengenai akhir dari misi penasihat internasional.”
Di tempat lain dalam sambutannya, Sudani memuji pengorbanan yang dilakukan pasukan militer Irak dalam perang melawan terorisme.
Baca Juga : Taipan Minyak Irak yang Tewas Dalam Serangan IRGC Adalah Orang Penting Mossad di Erbil
Seruan yang sudah lama diajukan oleh faksi-faksi di Irak agar koalisi pimpinan AS keluar dari koalisi pimpinan AS semakin meningkat setelah serangkaian serangan AS terhadap Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak, yang merupakan bagian dari pasukan keamanan Irak.
Irak mengutuk serangan AS, termasuk serangan baru-baru ini terhadap komandan senior PMU di jantung kota Bagdad.
Para pejabat senior di Bagdad mengatakan hanya dengan diakhirinya kampanye genosida Israel di Jalur Gaza yang terkepung akan menghentikan risiko eskalasi regional.
Irak mengatakan pembunuhan massal dan pengusiran warga Palestina yang dilakukan Israel adalah “contoh nyata genosida.”
Aliansi Fatah (Penaklukan) di Parlemen Irak menyuarakan penolakan terhadap kehadiran satu tentara Amerika di negara Arab tersebut.
Baca Juga : Baku Tembak antara Suriah dan Rezim Zionis Israel
Perlawanan Islam Irak, sebuah kelompok payung kelompok bersenjata anti-AS di negara tersebut, telah melakukan puluhan serangan terhadap pangkalan-pangkalan AS untuk mendukung perlawanan Gaza.
Menurut Pentagon, pasukan militer AS telah diserang setidaknya 118 kali di Irak dan Suriah sejak serangan Israel di Gaza dimulai pada Oktober lalu.
AS menempatkan sekitar 2.500 tentara di Irak dengan dalih memerangi kelompok teroris Daesh, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Daesh dikalahkan ketika pada bulan November 2017, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani, mendeklarasikan berakhirnya dominasi kelompok teroris tersebut di tanah Muslim.
Baca Juga : Yaman Menargetkan Kapal AS Lainnya Dalam Serangan Baru Pro-Palestina
Pada tahun 2020, parlemen Irak memilih penarikan pasukan AS. Beberapa hari sebelumnya, Jenderal Soleimani dan wakil komandan PMU Abu Mahdi Al-Muhandis dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak pengecut yang diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump di luar bandara Baghdad.