Damaskus, Purna Warta – Mazloum Abdi, komandan milisi SDF Kurdi Suriah yang bersekutu dengan AS, meminta Iran dan Rusia untuk mencegah serangan baru Turki di utara dan timur laut Suriah.
Dalam situasi di mana ancaman otoritas Ankara untuk melakukan operasi baru di utara dan timur Suriah terus berlanjut, komandan milisi Kurdi yang bersekutu dengan Washington meminta bantuan dari Teheran dan Moskow.
Baca juga: Menlu Saudi: Tidak Ada Kesepakatan Dengan Amerika Mengenai Minyak
Menurut kantor berita AFP, Mazloum Abdi, komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), meminta Iran dan Rusia untuk mencegah serangan baru Turki di utara dan timur laut Suriah.
Media ini dengan merujuk pada kunjungan Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin ke Teheran pada 19 Juli, menulis: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang akan bertemu dengan mitranya dari Rusia dan Iran minggu ini untuk membahas Suriah, telah memperingatkan bahwa dia akan segera meluncurkan operasi ofensif baru di Suriah melawan para pejuang Kurdi.
Menurut laporan AFP, Mazloum Abdi, komandan Pasukan Demokratik Suriah yang dikenal sebagai SDF, yang telah menjadi sekutu Amerika Serikat, mengkritik posisi koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Menurut Mazloum Abdi, koalisi internasional yang dipimpin oleh AS telah mengambil posisi lemah dan posisi ini tidak cukup untuk mengakhiri ancaman (Turki untuk melakukan serangan baru).
Baca Juga : Pemeriksa Medis: Pria Kulit Hitam yang Ditembak Polisi AS Mengalami 46 Luka Tembak
Mazloum Abdi, komandan milisi Pasukan Demokratik Suriah, juga mengklaim bahwa setelah negosiasi mereka dengan Rusia, kelompok milisi mengizinkan pasukan tentara Suriah untuk membawa lebih banyak tentara ke daerah-daerah seperti Kobani dan Manbij di Suriah utara.
Dalam lanjutan laporannya, AFP menyebut pembicaraan antara Iran, Rusia dan Turki tentang Suriah dengan judul Proses Astana. Laporan tersebut menyatakan: Rusia, Turki dan Iran telah berbicara tentang Suriah dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari “Proses Perdamaian Astana” untuk mengakhiri lebih dari 11 tahun konflik di negara Timur Tengah ini.
Kantor berita Prancis dengan menyebutkan kunjungan mendatang presiden Rusia dan Turki ke Iran, menjelaskan: Presiden Iran Ebrahim Raisi dijadwalkan menjamu Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (19/7).
Permintaan bantuan komandan milisi Pasukan Demokratik Suriah ke Iran dan Rusia untuk mencegah serangan baru oleh Turki diajukan ketika sebelumnya dia mengatakan bahwa dia telah bertemu dan berdiskusi dengan pejabat koalisi Amerika, Rusia dan pemerintah Suriah mengenai ancaman Turki untuk memulai operasi baru di utara dan timur laut Suriah.
Baca Juga : Keputusan AS Tidak Memiliki Nilai bagi Otoritas Yaman
Mazloum Abdi mengatakan sejauh ini PBB, Amerika Serikat, Rusia dan pemerintah Suriah telah menyatakan penentangan mereka terhadap operasi militer Turki. Dia mengumumkan kesiapannya untuk berdialog dengan Turki dan mengatakan bahwa dia lebih suka menyelesaikan masalah Suriah utara melalui dialog daripada perang.
Komandan milisi Kurdi Suriah mengatakan bahwa serangan militer Turki menghancurkan semua upaya untuk menyelesaikan krisis Suriah, dan meminta pemerintah Bashar al-Assad untuk memenuhi tugasnya dalam menghadapi agresi Turki.
Dalam beberapa tahun terakhir, selama serangan Turki, para militan ini telah mencapai pangkuan Damaskus dan menunjukkan keinginan untuk bersekutu dengan tentara Suriah. Selama operasi militer Turki pada tahun 2019, yang dikenal sebagai Mata Air Perdamaian, ketika Amerika meninggalkan Kurdi sendirian, mereka meminta tentara Suriah untuk memasuki kota Manbij dan Kobani.
Permintaan Mazloum Abdi, komandan milisi Pasukan Demokratik Suriah, dinyatakan sementara kelompok ini dianggap sebagai infanteri koalisi Amerika di timur laut Suriah.
Baca Juga : Rajapaksa Akhirnya Menyerah, Pengunjuk Rasa Mundur