Damaskus, Purna Warta – Seorang pakar keamanan di Irak mengatakan bahwa serangan berulang-ulang pasukan perlawanan terhadap pangkalan ilegal Amerika Serikat di Suriah telah menyebabkan tentara Amerika berada dalam keadaan berperang dan proses pencurian dan penyelundupan minyak Suriah ke Irak telah terganggu.
Baca Juga : Blinken Akui Penjualan Senjata Israel Melangkahi Kongres
Sadiq Abdullah, pakar masalah keamanan di Irak, mengumumkan bahwa pencurian minyak Suriah dan penyelundupannya ke Irak oleh pasukan Amerika Serikat telah dihentikan selama 8 minggu.
Hari Minggu (10/12), Sadiq Abdullah mengatakan kepada situs berita
Almaalomah bahwa pasukan Amerika, yang menguasai beberapa ladang minyak di Suriah dengan bantuan sekutunya, mencuri 3-4 pengiriman senilai 10-15 juta dolar per bulan, yang digunakan untuk membiayai operasi pasukan Amerika dan sekutunya.
Pasukan Amerika menduduki wilayah kaya minyak di Suriah timur dan Suriah timur laut, dan dengan bantuan milisi Kurdi yang dikenal sebagai Pasukan Demokratik Suriah (SDF), menyelundupkan pengiriman minyak ke pangkalan mereka di Irak.
Lebih lanjut Sadiq Abdullah menambahkan bahwa akibat serangan berulang kali terhadap pangkalan Amerika Serikat, kelompok perlawanan telah melumpuhkan proses pencurian minyak mentah Suriah dalam 8 minggu terakhir. Dan kini pasukan tersebut tidak dapat meninggalkan markasnya karena alasan keamanan dan sedang dalam keadaan perang.
Di akhir, Abdullah juga menegaskan bahwa masyarakat Suriah yang tinggal di sekitar pangkalan ilegal Amerika Serikat sangat marah atas dukungan Amerika kepada Israel dalam membantai rakyat Gaza.
Baca Juga : Ribuan Massa Maroko Tuntut Pemerintah Putus Hubungan dengan Israel
Pada saat yang sama ketika serangan udara rezim Zionis Israel di Gaza dimulai, perlawanan Irak telah puluhan kali menargetkan pangkalan-pangkalan Amerika di Irak dan Suriah dengan serangan roket dan drone.
Perlawanan Islam Irak menganggap AS bertanggung jawab atas serangan tentara Israel di Jalur Gaza dan menekankan bahwa mereka akan menyerang posisi AS selama agresi terhadap Gaza terus berlanjut.