Damaskus, Purna Warta – Amerika Serikat yang sangat khawatir dengan konflik antara suku-suku Arab dan tentara bayaran Kurdi serta khawatir masalah ini akan berdampak pada penjarahan minyak Suriah oleh Washington, mengirimkan dua pejabat tingginya ke Suriah timur untuk mencegah kekalahan sekutunya.
Baca Juga : Pejabat Yaman: Rakyat di Selatan dan Timur Harus Bangkit Melawan Amerika dan Inggris
Sumber-sumber keamanan dan sumber-sumber lokal di timur laut Suriah melaporkan bahwa dua pejabat senior Amerika Serikat melakukan perjalanan ke provinsi Deir Ez-Zor yang kaya minyak kemarin untuk mengakhiri konflik antara suku-suku Arab dan tentara bayaran Kurdi mereka.
Baru-baru ini, milisi Kurdi yang dikenal sebagai Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang berafiliasi dengan Amerika Serikat, bentrok dengan suku-suku Arab.
Sejauh ini, lebih dari 150 orang tewas dan terluka dalam bentrokan tersebut. Bentrokan yang bermula pada Minggu pekan lalu berupa pencarian dan pelarian lalu berkobar pada hari Kamis.
Kantor berita Reuters menyebut konflik suku-suku Arab dengan tentara bayaran Amerika sebagai “Intifada” dan melaporkan bahwa pemberontakan ini merupakan ancaman terbesar bagi elemen-elemen Kurdi; Elemen-elemen tersebut, dengan kerja sama Amerika Serikat, menduduki sebagian besar provinsi kaya minyak di Suriah, Deir Ez-Zor dan Al-Hasakah, serta menjarah minyak dan sumber daya alam lainnya.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan bahwa “Ethan Doss Goldrich”, Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Suriah di Kantor Urusan Timur Dekat dan “Joel J. B. Wall, komandan koalisi anti-ISIS, bertemu dengan para syekh Arab dan pemimpin pasukan Demokratik dan mencapai kesepakatan untuk “menghentikan kekerasan sesegera mungkin”.
Baca Juga : Pejabat Rusia: Para Teroris Menembaki Posisi Tentara Suriah Sebanyak 12 Kali
Amerika Serikat bersama pasukan Kurdi menjarah minyak Suriah setiap hari.
Kementerian Perminyakan Suriah secara resmi mengumumkan bahwa Amerika Serikat menjarah lebih dari 70.000 barel minyak dari negara ini setiap hari dan menjualnya di pasar gelap.
Reuters mengutip para syekh suku-suku Arab Suriah yang mengatakan bahwa ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merebut sumur minyak terbesar di negara tersebut, mereka juga kehilangan sumber minyak.
Sebab, elemen-elemen Kurdi tidak peduli dengan wilayah yang dihuni warga Arab.
Mahmoud al-Jarullah yang merupakan salah satu syekh suku tersebut menegaskan bahwa mereka akan mengusir pasukan Kurdi dari seluruh Deir Ez-Zor.
Kemarin, elemen-elemen Kurdi memasuki zona konflik di Deir Ez-Zor dengan peralatan dan persenjataan militer yang besar untuk merebut kembali wilayah yang terlepas.
Selama tiga hari terakhir, kekuatan suku-suku Arab telah mampu menguasai beberapa desa di sebelah timur Deir Ez-Zor; Diantara desa Al-Baghuz, Al-Sousah, Al-Sha’fah, Al-Kishmah, Hajin, Al-Bahra, Gharanij, Al-Kishkiyah, Abu Hamam, Abu Hardun, Al-Harzi, Al-Suwaidan, Darnaj, Al-Tayyanah, Dhiban, Al-Sobhah dan Al-Shuhayl, serta sebagian kota Al-Sabiha juga berada di bawah kendali pasukan suku.
Baca Juga : Damaskus: Penduduk Suriah Timur Tandai Berakhirnya Pendudukan Amerika
Konflik ini kembali berkobar ketika milisi Kurdi menangkap “Ahmed al-Khail” yang dikenal sebagai “Abu Khola”, salah satu komandan Arab di Dewan Militer Deir Ez-Zor, dan dua komandan suku Arab lainnya.
Meskipun koalisi Amerika Serikat berusaha mencegah meluasnya konflik dan mencegah ketegangan lebih lanjut, suku-suku Arab telah menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan senjata mereka.
Kedutaan Besar Amerika non-residen di Suriah juga menyatakan keprihatinannya di jejaring sosial “X” (Twitter) minggu ini dan meminta semua pihak untuk menghentikan konflik tersebut.
Komando Pusat Amerika (CENTCOM) juga mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka memantau dengan cermat kejadian terkini.
Centcom menegaskan akan terus bekerja sama dengan milisi Kurdi.
Koalisi pimpinan Amerika Serikat khawatir konflik ini akan mengubah situasi di provinsi Deir Ez-Zor. Provinsi tempat Sungai Eufrat berada sebagai perbatasan antara milisi Kurdi dan koalisi Amerika serta pemerintah Suriah dan sekutu Damaskus.
Baca Juga : Mimpi yang Diimpikan Amerika di Timur Laut Suriah
Selain itu, sensitivitas Amerika berasal dari fakta bahwa konflik ini terjadi di sekitar ladang minyak dan gas Koniko, yang merupakan salah satu alasan utama pendudukan Amerika Serikat di Suriah.
Salah satu pangkalan militer Amerika juga terletak di sekitar ladang gas ini.