Khartoum, Purna Warta – Penasihat media Abdel Fattah al-Burhan, Kepala Dewan Pemerintahan Sudan, hari Sabtu kemarin (10/4), memperingatkan indikasi perang air antara Etiopia, Mesir dan Sudan.
Dikutip dari Arabi21, al-Taher Abu Hajjah menegaskan bahwa perang air dengan Etiopia akan lebih berbahaya dari yang digambarkan.
Peringatan petinggi Sudan dilancarkan di tengah upaya pemerintah Etiopia meneruskan pembangunan tahap kedua Sad al-Nahda atau bendungan al-Nahda. Keputusan Etiopia ini membuat petinggi Sudan dan Mesir kebakaran jenggot.
Di lain pihak, Kairo menolak mentah-mentah usulan Addis Ababa tentang pembangunan tahap kedua bendungan al-Nahda. Pemerintah Addis Ababa menegaskan bahwa mereka akan mulai membendung air di al-Nahda di musim panas dan hujan.
Mohamed Ghanem, Jubir Kementerian Perairan Mesir, mengatakan bahwa usulan Etiopia mengandung banyak klaim dan falasi yang tidak searah dengan perundingan di tahun terakhir. Menurut pendapatnya, Mesir tidak akan menerima undangan perundingan dari pihak Etiopia.
“Kami menuntut adanya komite segi-empat sebagai pelantara,” jelasnya.
Perundingan terakhir antara Mesir, Etiopia dan Sudan berakhir tanpa kata final. El-Sisi, Presiden Mesir, mengatakan pada Rabu malam, 7/4, sambil mengingatkan munculnya konflik bahwa Kairo dan Khartoum sedang menyusun koordinasi membahas hal ini. Semua opsi ada di atas meja.
Pembangunan bendungan al-Nahda adalah unsur utama krisis ekonomi, sosial dan lingkungan Mesir. Menurut pandangan petinggi Kairo, jika benar bendungan dibangun, krisis universal akan mencekik Mesir hingga generasi selanjutnya.
Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Mesir, pada tahun 2015 ketika menandatangani kesepakatan dengan pemerintah Etiopia tentang Sad al-Nahda, menyatakan, “Bangsa Etiopia harus ingat bahwa hidup dan mati bangsa Mesir ada di aliran sungai Nil.”