Damaskus, Purna Warta – CNN mengklaim bahwa pekan lalu, jurnalis jaringan ini tertipu oleh rekayasa seorang mantan perwira pemerintah Bashar Al-Assad di penjara Saidnaya. Mereka tidak menyadari identitas asli orang tersebut, yang berpura-pura sebagai tahanan.
Baca juga: Israel: Drone Yaman Serang Israel
Satu minggu setelah laporan kontroversial dari Clarissa Ward, seorang jurnalis CNN, tentang penjara Saidnaya di utara Damaskus, serta kegemparan besar terkait kebohongan laporan tersebut, CNN kini mengklaim telah ditipu oleh seorang mantan perwira rezim Suriah.
Dalam laporan itu, jurnalis CNN masuk ke sebuah sel dengan membawa kamera. Di dalamnya, seorang yang disebut tahanan tampak tidur di sudut ruangan. Tiba-tiba, orang itu terbangun, terlihat bahagia melihat sang jurnalis dan pasukan Joulan, serta mengira dirinya telah dibebaskan. Ia langsung memeluk jurnalis Amerika itu dan mengucapkan terima kasih.
Adegan yang tampak emosional dan menyentuh ini mendapatkan perhatian luas di media. Bahkan, adegan tersebut hampir dijadikan sebagai bukti atas kejahatan yang terjadi di penjara Saidnaya dan menyasar opini publik dunia. Namun, sejak awal, adegan ini telah menimbulkan keraguan dan kecurigaan. Bahkan, Elon Musk turut mengejeknya dengan menulis, Tidak ada yang lebih CNN daripada ini!
CNN kini mengklaim bahwa orang tersebut bukanlah seorang tahanan, melainkan mantan perwira rezim Suriah yang berhasil menipu jurnalis CNN. Namun, narasi ini pun telah menimbulkan banyak keraguan dan pertanyaan.
Menurut laporan media, pekan lalu CNN menerbitkan sebuah laporan kontroversial yang menampilkan Clarissa Ward, jurnalis internasional jaringan berita tersebut, mengungkap keberadaan seorang pria di sel isolasi salah satu penjara di Damaskus. Pria ini memperkenalkan dirinya sebagai Adel Gharbal dan mengaku telah ditangkap dari rumahnya tiga bulan lalu. Namun, investigasi menunjukkan bahwa pria tersebut sebenarnya adalah Salameh Mohammad Salameh, seorang perwira senior intelijen udara pemerintah Bashar Al-Assad.
Kebenaran ini terungkap setelah dokumen-dokumen diperiksa dan foto pria itu dalam seragam militer dibandingkan dengan foto yang diambil oleh jurnalis. Proses ini dikonfirmasi dengan akurasi 99 persen melalui perangkat lunak pengenalan wajah.
Baca juga: Pernyataan Pertama Bashar Al-Assad setelah Pemerintahannya Jatuh ke Tangan Teroris
CNN mengklaim bahwa selama pencarian jurnalis Amerika yang hilang, Austin Tice (yang menghilang di Suriah sejak 2012), mereka berada di penjara Saidnaya dan bertemu dengan pria ini. Menurut CNN, nama asli pria tersebut adalah Salameh Mohammad Salameh, yang dikenal di kawasan Al-Bayyada di Homs dengan julukan Abu Hamzah.
Menurut laporan situs investigasi CNN-Investigates, pria ini bertanggung jawab atas beberapa pos pemeriksaan di Homs dan dituduh melakukan pemerasan terhadap warga, meminta suap, serta menindas mereka. Ia juga diketahui terlibat dalam operasi militer di beberapa front di Homs pada tahun 2014 dan dituduh menyiksa oposisi.
Situs investigasi CNN-Investigates menyebut alasan penahanan Salameh Mohammad Salameh adalah perselisihan dengan seorang perwira lain mengenai pembagian hasil pemerasan dari warga. Situs itu juga melaporkan bahwa masa hukumannya tidak lebih dari satu bulan. Setelah dibebaskan, Abu Hamzah diduga mencoba menyembunyikan masa lalunya sebagai tentara dan keterlibatannya dalam kejahatan perang dengan mengganti nomor telepon serta akun media sosialnya.
Juru bicara CNN menyatakan bahwa tim produksi laporan tersebut sedang mencari jejak Austin Tice di penjara. Mereka juga mengklaim bahwa pembebasan Salameh Mohammad Salameh bukan hasil intervensi tim CNN, melainkan dilakukan oleh salah satu penjaga dari pasukan oposisi yang menemani tim CNN.
Dalam konteks ini, setelah munculnya desas-desus tentang keberadaan bagian rahasia di penjara Saidnaya di utara Damaskus dan propaganda besar-besaran media Barat dan Arab, kepala Organisasi Manajemen Krisis dan Layanan Darurat Turki (AFAD) kemarin mengumumkan kepada Al Jazeera bahwa tim penyelamat mereka tidak menemukan bagian rahasia apa pun setelah pencarian menyeluruh di penjara tersebut.
Tim AFAD, yang berada di bawah naungan Kepresidenan Turki, berangkat dari Provinsi Hatay menuju Damaskus pada hari Senin. Dengan koordinasi Kedutaan Besar Turki dan otoritas lokal, mereka melakukan operasi pencarian menggunakan 120 personel, 4 anjing pelacak, dan 43 kendaraan.
Operasi pencarian ini dilakukan menyusul masuknya kelompok pemberontak ke penjara Saidnaya setelah jatuhnya Damaskus pada 18 Desember, disertai propaganda media Barat dan Arab yang menyebut adanya bagian rahasia dan tidak dapat diakses di penjara tersebut. Kepala AFAD juga menyatakan bahwa tim penyelamat kini mencari kemungkinan keberadaan kuburan massal di sekitar penjara.
Sebelumnya, organisasi Pertahanan Sipil Suriah (White Helmets) juga mengumumkan telah menyelesaikan pencarian mereka di penjara Saidnaya dan tidak menemukan sel atau ruang bawah tanah yang tersembunyi.