Beirut, Purna Warta – Syaikh Naim Qassem menyatakan bahwa rezim pendudukan Israel telah lama berupaya menghancurkan front perlawanan melalui berbagai kampanye kejam, tetapi gagal mencapai tujuan tersebut.
Baca juga: Ayatullah Khamanei: AS – Israel Pemain di Balik Layar Suriah
Dalam pidatonya pada Sabtu malam (14/12), Syeikh Qassem mengatakan, “Musuh Zionis Israel berupaya menghancurkan segala bentuk perlawanan yang menghadang ambisi ekspansionisnya di kawasan ini.”
“Kejahatan Israel yang bertujuan untuk menghilangkan front perlawanan tidak berhasil, yang membuktikan bahwa kekejaman tersebut tidak dapat dianggap sebagai pencapaian sama sekali,” tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa serangan balasan Hizbullah berupa roket dan drone terhadap permukiman ilegal Israel di bagian utara wilayah pendudukan memaksa puluhan ribu penduduknya mencari perlindungan di tempat pengungsian. “Satu-satunya kerugian yang mampu mereka (rezim Israel) timpakan kepada kami adalah pembunuhan terarah terhadap para pemimpin kami.”
Syaikh Qassem juga menyoroti bahwa Hizbullah telah mengantisipasi agresi militer Israel di Lebanon baik sebelum maupun sesudah operasi besar-besaran yang dilakukan kelompok perlawanan di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, yang diberi nama Operasi Badai Al-Aqsa, meskipun waktu pastinya tidak diketahui.
“Faktor utama di balik kemenangan kami adalah keteguhan para pejuang perlawanan dan pengorbanan yang dilakukan melalui darah para syuhada. Menyerah dan kehinaan tidak ada dalam kamus kami, karena perlawanan Hizbullah penuh semangat dan tidak kenal lelah,” ujarnya.
Pemimpin Hizbollah itu menegaskan bahwa gerakan perlawanan Lebanon telah membuat pengorbanan besar untuk bertahan melawan rezim Israel. Ia menambahkan bahwa wilayah Lebanon yang diduduki Israel hanya dapat dibebaskan melalui perlawanan.
Syaikh Qassem juga mencatat bahwa tentara Israel mungkin telah menguasai ibu kota Lebanon, Beirut, jika bukan karena pengorbanan para pejuang Hizbullah.
Gencatan Senjata Tidak Menghentikan Perlawanan
Di bagian lain pidatonya, Syaikh Qassem membahas gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, yang menurutnya hanya menghentikan pertempuran untuk sementara waktu, tetapi tidak mengakhiri perjuangan melawan pendudukan Israel.
Ia menekankan bahwa metode dan sarana perlawanan dapat bervariasi, tetapi front perlawanan akan tetap menang melawan Israel, meskipun ada kerugian yang diderita.
“Masa depan perlawanan menuntut kita untuk menghadapi musuh dengan mobilisasi massa, kekuatan, dan tekad yang tak tergoyahkan,” katanya.
“Tujuan musuh Israel adalah menundukkan seluruh kawasan, seperti yang mereka coba lakukan di Gaza dan Suriah. Kita menghadapi musuh ekspansionis yang telah merebut ratusan kilometer wilayah, termasuk Dataran Tinggi Golan yang diduduki,” tambah Syaikh Qassem.
Dukungan kepada Suriah
Ia juga menyoroti bahwa Hezbollah mendukung Suriah karena negara itu secara konsisten menentang rencana Israel.
Baca juga: Analisa: Hizbullah Tetap Kuat Meski Assad Jatuh di Suriah
“Setelah pemerintahan Bashar al-Assad jatuh, kami menunggu pembentukan pemerintahan baru untuk menentukan posisi dan arah kebijakan mereka. Kami berharap kepemimpinan baru di Suriah akan lebih meningkatkan kerja sama antara bangsa dan pemerintah Suriah serta Lebanon berdasarkan kesetaraan dan saling menghormati,” katanya.
Syaikh Qassem juga mengharapkan pemerintah sementara Suriah menganggap Israel sebagai musuh dan menolak normalisasi hubungan diplomatik dengan rezim Tel Aviv.
“Kami tidak percaya bahwa perkembangan yang sedang berlangsung di Suriah akan berdampak signifikan pada Lebanon,” pungkasnya.