Pemimpin Beri Penghormatan pada Jenderal Soleimani Jelang Peringatan Syahidnya

leader

Tehran, Purna Warta – Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei memuji pengorbanan Komandan anti-Teror Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani sebagai sesuatu yang “unik”. Soleimani dibunuh bersama rekan-rekannya dalam serangan drone AS pada tahun 2020 di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak.

“Strategi Martir Soleimani yang konsisten adalah menghidupkan kembali Front Perlawanan. Dia selalu berusaha menghidupkan kembali perlawanan,” ujar Pemimpin Revolusi pada hari Rabu (1/1).

Ayatullah Khamenei menyampaikan hal tersebut dalam sebuah pertemuan dengan keluarga para martir, veteran, dan aktivis perlawanan menjelang peringatan lima tahun syahidnya Jenderal Soleimani pada 3 Januari.

Pemimpin Revolusi menggambarkan peran komandan Iran itu dalam perang melawan terorisme sebagai sesuatu yang “tak tertandingi” dan menekankan bahwa pengorbanan dan jasanya “harus tetap menjadi bagian dari pelajaran politik kita.”

Beliau juga menegaskan bahwa mempertahankan tempat-tempat suci adalah “prinsip” bagi martir Soleimani, yang selalu menyebut Iran sebagai “tempat suci.”

“Jika nyawa ini tidak dikorbankan, jika perjuangan ini tidak dilakukan, dan jika Haji Qassem Soleimani tidak dengan berani melintasi gunung dan gurun di kawasan ini…, maka tidak akan ada tanda-tanda tempat-tempat suci ini hari ini,” tambahnya.

Ayatullah Khamenei juga memuji pandangan global Soleimani dalam menganalisis masalah negara dan menghindari cara pandang yang sempit dan terbatas.

“Dia percaya bahwa setiap insiden penting di tingkat regional dan global memiliki dampak pada masalah di negara kita, dan dengan perspektif ini, dia mampu mendeteksi bahaya dari luar perbatasan serta mengambil tindakan untuk mencegah dan mengatasinya.”

Dengan menegaskan bahwa perkembangan beberapa tahun terakhir serta pembelaan terhadap tempat-tempat suci di Irak, Suriah, dan kawasan lainnya membuktikan bahwa Revolusi Islam “masih hidup,” Ayatullah Khamenei menjanjikan bahwa “kebenaran akan menang.”

“Para pembela tempat suci menunjukkan bahwa meskipun ada investasi besar dari pihak-pihak yang berniat buruk, bendera perlawanan tetap berkibar, dan musuh tidak dan tidak akan mampu menjatuhkan bendera perlawanan di Lebanon, Palestina, Suriah, Irak, dan Iran,” ujarnya.

“Lebanon adalah simbol perlawanan, dan akan menang, begitu juga Yaman sebagai simbol perlawanan, akan menang.”

Terkait Suriah, Pemimpin Revolusi menekankan bahwa pangkalan-pangkalan AS di negara Arab tersebut akan diinjak oleh pemuda Suriah.

“Suriah milik rakyat Suriah, dan mereka yang menyerbu wilayah Suriah pada akhirnya akan dipaksa mundur oleh kekuatan pemuda Suriah yang pemberani,” tambahnya.

Amerika Serikat membunuh Jenderal Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Unit Mobilisasi Populer Irak, dalam serangan drone pada 3 Januari 2020.

Kedua komandan tersebut dihormati oleh umat Muslim karena berhasil mengeliminasi kelompok teroris Daesh yang didukung AS di kawasan, khususnya di Irak dan Suriah.

Pembunuhan AS ini menuai gelombang kecaman dari berbagai pejabat dan gerakan di seluruh dunia serta memicu protes besar di kawasan. Dua hari setelah serangan, parlemen Irak mengesahkan undang-undang yang menyerukan penarikan semua pasukan militer asing yang dipimpin AS dari negara itu.

Pada 8 Januari 2020, IRGC meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer Ain al-Asad yang dikelola AS di provinsi Anbar, Irak, sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani. Menurut Pentagon, lebih dari 100 personel AS mengalami “cedera otak traumatik” akibat serangan tersebut.

Namun, IRGC menyatakan bahwa istilah tersebut digunakan Washington untuk menyembunyikan jumlah sebenarnya tentara Amerika yang tewas dalam pembalasan tersebut. Iran menggambarkan serangan rudal ke Ain al-Asad sebagai “tamparan pertama.”

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *