Purna Warta – Seorang pejabat senior Kehakiman Iran mengatakan otoritas Saudi harus bertanggung jawab atas eksekusi terakhir puluhan tahanan yang dilakukan dalam satu hari serentak itu. Ia menambahkan kerajaan harus membuat klarifikasi atas tuduhan yang ditujukan terhadap mereka yang dihukum mati.
Kazem Gharibabadi, wakil kepala Kehakiman untuk urusan internasional dan sekretaris Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia negara itu, mengatakan pada hari Senin bahwa eksekusi 81 pria, 41 di antaranya adalah Muslim Syiah, dapat diperiksa dari perspektif yang berbeda.
Baca Juga : Saudi Kerahkan Pasukan Keamanan di Qatif Pasca Eksekusi 81 Orang
Dia mempertanyakan soal tentang proses peradilan yang berakir dengan eksekusi mati puluhan orang tersebut. Iaa mengatakan hukuman mati itu kemungkinan besar dilakukan karena kepentingan politik dan perbedaan pendapat dan idiologi dari para terdakwa.
Gharibabadi melanjutkan dengan mengecam standar ganda dan kebungkaman organisasi hak asasi manusia internasional terkait eksekusi baru-baru ini di Arab Saudi.
Sementara lembaga-lembaga tersebut cenderung berkoar-koar tentang putusan pengadilan yang disahkan di Iran, mereka tetap bungkam terhadap eksekusi 81 orang, kata pejabat senior hak asasi manusia Iran itu.
Baca Juga : Kutuk Eksekusi 7 Warganya, Menteri Yaman: Saudi Lakukan itu dengan Izin Amerika
“Standar ganda organisasi hak asasi manusia dan badan internasional sangat jelas. Pertanyaannya adalah: Apakah yang disebut pembela hak asasi manusia tulus dalam klaim mereka atau tidak?” katanya.
Kantor berita negara Saudi Press Agency mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihak berwenang telah mengeksekusi 81 orang dalam satu hari atas berbagai pelanggaran.
Dari 81 orang tersebut, 73 adalah warga negara Saudi, tujuh warga Yaman dan satu warga Suriah.
Eksekusi tahun 2022 melebihi jumlah total hukuman mati di Arab Saudi sepanjang tahun lalu.
Baca Juga : Saudi Eksekusi Mati 81 Orang Sekaligus, 40 Bermazhab Syiah
Eksekusi massal terakhir kerajaan terjadi pada awal Januari 2016, ketika otoritas Saudi mengeksekusi 47 orang, termasuk ulama Syiah terkemuka Sheikh Nimr Baqir al-Nimr, yang dengan lantang menyerukan demokrasi di kerajaan dan menganjurkan protes anti-rezim. Nimr telah ditangkap di Qatif, Provinsi Timur, pada tahun 2012.
Sejak 2015, Arab Saudi dilaporkan telah mengeksekusi lebih dari 900 tahanan dalam tingkat yang meningkat. Pada tahun 2019 saja, Arab Saudi mencatat rekor jumlah eksekusi setelah pihak berwenang mengeksekusi 184 orang, meskipun secara umum terjadi penurunan jumlah eksekusi di seluruh dunia.
Pada April 2020, Reprieve, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Inggris, mengatakan Arab Saudi telah melakukan eksekusi ke-800. Laporan itu menambahkan bahwa eksekusi hampir dua kali lipat hanya dalam lima tahun dibandingkan dengan 423 eksekusi yang dilakukan di Arab Saudi dari 2009 hingga 2014.
Baca Juga : Eksekusi Tahanan oleh Arab Saudi adalah Kejahatan Perang