Pejabat Amerika: Kami Telah Diserang 115 Kali

Pejabat Amerika Kami Telah Diserang 115 Kali

Damaskus, Purna Warta Seorang pejabat Amerika mengatakan kepada Washington Post bahwa posisi koalisi Amerika di Asia Barat telah diserang 115 kali dalam 81 hari terakhir.

Baca Juga : Sana’a: Kami akan Berikan Respon Keras kepada Amerika

The Washington Post hari Jumat, 15 Januari, dalam laporan tentang pembunuhan terhadap Syahid Mushtaq Talib al-Saeidi yang dikenal sebagai Al-Hajj Abu Taqwi, komandan Brigade ke-12 Al-Hashd Al-Shaabi dan wakil operasional gerakan Nujaba, dalam serangan drone tentara Amerika di Bagdad dan menulis bahwa serangan ini menimbulkan “risiko meningkatnya ketegangan di kawasan”.

Surat kabar ini menulis: “Meskipun Amerika Serikat telah menargetkan situs-situs yang terkait dengan berbagai kelompok di Irak dan Suriah beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, pembunuhan terhadap Mushtaq Talib al-Saeidi, seorang komandan gerakan Nujaba dan salah satu asisten pemimpin kelompok ini, di lokasi sentral di Bagdad adalah tindakan yang sangat jarang tetjadi.”

Patrick Ryder, juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon), juga menggambarkannya sebagai “tindakan yang diperlukan” dalam menanggapi serangan tersebut dan mengklaim bahwa syahid Abu Taqwi berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap pasukan Amerika.

Baca Juga : Pengadilan Tinggi PBB akan Pertimbangkan Kasus Genosida Israel di Perang Gaza Pekan Depan

Washington Post menulis: “Dukungan Washington terhadap operasi Israel di Jalur Gaza, seiring dengan meningkatnya korban sipil Palestina, telah memberikan dorongan baru bagi kelompok lokal di Irak dan Suriah untuk mencoba menggulingkan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.”

Terkait hal ini, seorang pejabat Amerika, tanpa menyebut namanya, mengumumkan 115 serangan terhadap posisi negara tersebut di Asia Barat sejak 17 Oktober (81 hari).

Surat kabar ini mengutip pejabat Amerika tersebut dan menulis bahwa sebagian besar serangan dilakukan menggunakan drone atau rudal atau keduanya secara bersamaan.

Menurut Washington Post, serangan kemarin akan meningkatkan tekanan pada pemerintah Irak untuk mempercepat proses pengusiran pasukan Amerika, dan ini dalam konteks 2,5 tahun telah berlalu sejak berakhirnya misi yang diumumkan untuk melawan ISIS.
Yahya Rasool, juru bicara tentara Irak, juga menyebut serangan AS pada hari sebelumnya “bertentangan dengan tugas memerangi terorisme”.

Baca Juga : Arab Saudi Kecam Kampanye Israel untuk Usir Paksa Warga Palestina dari Gaza

Menurut para pejabat Amerika, 2.500 tentara negara ini hadir di Irak dengan dalih “pelatihan dan konseling”; Sekitar 900 tentara ditempatkan di berbagai wilayah di Suriah.

Dalam hal ini, seorang pejabat militer Amerika mengumumkan pada hari Rabu dalam sebuah wawancara dengan jaringan berita Al-Mayadeen bahwa sejak 17 Oktober, setidaknya 115 operasi telah dilakukan terhadap pangkalan militer Amerika di Irak dan Suriah.

Menurut Al-Mayadeen, sejak saat itu, perlawanan Islam di Irak terus menargetkan pangkalan-pangkalan Amerika di dua negara tersebut.
Dan dia menekankan dalam pernyataannya bahwa serangan-serangan ini sejalan dengan posisi perlawanan terhadap pasukan pendudukan Amerika di Irak dan kawasan serta sebagai respons terhadap pembantaian rakyat Gaza oleh rezim Zionis Israel.

Menurut laporan ini, sejauh ini perlawanan Irak telah menyerang pangkalan-pangkalan Amerika di Ain Al-Asad, dekat Bandara Erbil, Harir Irak dan Kharab Al-Jir, Al-shadadi, Al-Tanf, al-Rmilan, Al-Malikiyah, pangkalan militer di dekat ladang minyak Koniko dan Al-Omar serta desa hijau di Suriah dengan rudal dan drone bunuh diri.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk memberikan tekanan pada Gedung Putih agar berhenti mendukung pasukan pendudukan Israel dalam melakukan agresi di Gaza saat ini.

Jaringan berita CNN Amerika juga memperkirakan peningkatan kemungkinan jatuhnya korban militer Amerika, dan mengumumkan bahwa hal ini mengindikasikan krisis luar negeri baru dan tidak menyenangkan bagi Amerika Serikat, terutama di tengah upaya untuk memilih kembali Joe Biden sebagai presiden.

Baca Juga : Dewan Keamanan PBB Kutuk Serangan Teroris di Iran

Sejak minggu-minggu pertama Badai Al-Aqsa, perlawanan Irak telah mengambil tindakan untuk mendukung Palestina dan menargetkan pangkalan-pangkalan Amerika di Irak dan Suriah dengan rudal dan drone, sehingga jumlah serangan ini meningkat menjadi lebih dari 100 operasi.

Perlawanan Islam di Irak secara bertahap mengintensifkan operasinya sampai mereka menargetkan sasaran Israel di Eilat yang menghadap ke Laut Merah dan fasilitas gasnya di wilayah Mediterania dengan rudal dengan jangkauan 400 km dan drone jarak jauh, dan ini menunjukkan bahwa perlawanan Islam Irak memiliki kemampuan peralatan militer dan SDM untuk menyerang sasaran apa pun di wilayah Palestina yang diduduki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *