Tel Aviv, Purna Warta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, sanksi dan ancaman militer adalah sarana yang ampuh untuk berurusan dengan Iran. Ia mengklaim pendekatan itu diperlukan untuk menghentikan Teheran memperoleh senjata nuklir.
“Jika Anda memiliki rezim nakal yang [ingin mendapatkan] senjata nuklir, Anda memang dapat menandatangani 100 perjanjian dengan mereka, [namun] itu tidak membantu,” kata Netanyahu kepada Jake Tapper dari CNN pada hari Selasa (31/1), tiga hari setelah serangan pesawat tak berawak yang diyakini secara luas dilakukan oleh Israel menabrak fasilitas militer di Isfahan, Iran.
“Saya pikir satu-satunya cara agar Anda dapat menghentikan atau menjauhkan diri dari mendapatkan senjata nuklir adalah kombinasi dari sanksi ekonomi yang melumpuhkan, namun yang lebih penting adalah ancaman militer yang kredibel,” tambahnya.
Sebuah bangunan militer di kota Isfahan, Iran tengah, terkena serangan hari Sabtu, dilaporkan melibatkan tiga drone kecil yang membawa bahan peledak, diluncurkan dari lokasi terdekat.
Teheran dilaporkan berhasil menangkal pemboman itu dan mengklaim itu hanya menimbulkan kerusakan kecil. Media di AS dan Israel melaporkan bahwa itu adalah operasi Israel, dan diduga sukses besar. Netanyahu menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatan pemerintahnya.
“Setiap kali terjadi ledakan di Timur Tengah, Israel disalahkan atau diberi tanggung jawab – terkadang kami, terkadang tidak,” katanya kepada CNN
Selama bertahun-tahun, telah terjadi sejumlah sabotase dan operasi pembunuhan di Iran, yang menargetkan militer, ilmuwan nuklir, pejabat, dan instalasi negara tersebut.
Israel juga telah melancarkan ratusan serangan udara di Suriah, yang menurut pemerintahnya diperlukan untuk menangkal pengaruh Iran di negara yang telah menjalani perang panjang itu.
Iran membantah memiliki niat untuk menggunakan nuklir, menyatakan bahwa senjata pemusnah massal melanggar prinsip-prinsip Islam. Pada 2015, Iran menandatangani perjanjian dengan kekuatan dunia terkemuka yang memberlakukan pembatasan pada industri nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Netanyahu berkampanye untuk merusak upaya Presiden Barack Obama saat itu untuk menegosiasikan pengaturan tersebut, dan bersorak ketika Donald Trump menarik diri darinya selama masa kepresidenannya. Trump memilih untuk melakukan “kampanye tekanan maksimum” yang melanggar kesepakatan terhadap Iran.
Pemerintahan Biden mengatakan ingin menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), sebagaimana kesepakatan nuklir Iran secara resmi diketahui, tetapi beberapa putaran negosiasi gagal menghasilkan titik temu.
Seorce: RT