Beirut, Purna Warta – Sekjen gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon telah mengutuk serangan teroris mematikan yang diklaim ISIS terhadap sebuah masjid Syiah di kota Kunduz, timur laut Afghanistan, dengan mengatakan bahwa kelompok teroris Takfiri tersebut bertujuan untuk memicu ketegangan dan menjerumuskan Afghanistan ke dalam perang saudara.
Sayyid Hassan Nasrallah membuat pernyataan itu dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Senin (11/10), beberapa hari setelah serangan bom mematikan terhadap jemaah Afghanistan yang sedang melaksanakan salat Jumat di masjid di daerah Khanabad Bandar di Kunduz yang menewaskan 100 orang.
Pemimpin Hizbullah mengecam serangan bom di masjid Syiah di Kunduz, menekankan bahwa organisasi teroris Wahhabi melakukan hal mengerikan, sementara Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas tindakan teror yang terjadi.
“Pemerintah AS dan CIA, dan semua yang terlibat dalam mendukung ISIS, bertanggung jawab atas darah yang telah tumpah,” kata Nasrallah.
“Angka dan informasi yang muncul sebelum keluarnya AS dari Afghanistan menunjukkan peran Washington dalam mentransfer teroris ISIS dari Irak dan tepi timur Sungai Efrat ke Afghanistan,” kata pemimpin Hizbullah itu.
Nasrallah mengatakan, “Tugas ISIS hari ini adalah untuk menciptakan ketegangan internal yang mengarah ke perang saudara di Afghanistan,”. Ia menambahkan bahwa tanggung jawab pihak berwenang saat ini di Afghanistan adalah untuk melindungi warga negara terlepas dari agama atau sekte mereka.
Lebih dari 150 orang tewas dalam serangan mengerikan di Masjid Gozar-e-Sayed Abad di daerah Khanabad Kunduz, dengan penduduk yang didominasi Hazara.
Iran melakukan segalanya untuk membantu Lebanon
Secara terpisah, kepala Hizbullah beralih ke masalah banyak pengiriman bahan bakar yang telah dikirim Iran ke Lebanon di tengah krisis ekonomi yang terakhir dan meskipun ada sanksi Amerika yang dihadapi oleh kedua negara tersebut.
“Apa lagi yang bisa dilakukan Republik Islam Iran untuk Lebanon hari ini?” tanya Nasrallah.
Dia juga menyambut baik prospek pembelian langsung bahan bakar dari Republik Islam Iran oleh pemerintah Lebanon, dengan mengatakan bahwa gerakan tersebut akan menyerahkan tanggung jawab pembelian sepenuhnya kepada pemerintah jika pemerintah memilih untuk bertindak atas inisiatifnya sendiri.