Militer Iran Luncurkan Simulator Penerbangan Drone Produk Nasional Pertama

Militer Iran Luncurkan Simulator Penerbangan Drone Produk Nasional Pertama

Tehran, Purna Warta Simulator pertama yang diproduksi secara lokal untuk melatih cara menerbangkan drone diresmikan di hadapan komandan Pasukan Darat Angkatan Darat Iran pada hari Rabu (26/4).

Simulator asli pertama untuk pelatihan pilot drone diluncurkan di hadapan Komandan Angkatan Darat Iran Brigadir Jenderal Kioumars Heidari di unit UAV Hazrat Waliasr (AS).

Pada acara yang dihadiri oleh para panglima angkatan darat dan pakar drone tersebut, Jenderal Heydari mengatakan, “Saat ini, drone memainkan peran penting dan menentukan dalam mempromosikan kekuatan pertahanan dan tempur militer, dan merupakan industri yang sangat berharga.”

Perwira tinggi Iran ini kemudian menyatakan, bahwa pasukan darat telah mencapai posisi yang disukai di bidang pembuatan drone. Ia menambahkan, “Semua perbatasan negara tempat pasukan darat dikerahkan dipantau dan dikendalikan dengan drone pengintai.”

Panglima Angkatan Darat Iran ini menganggap peran simulator pelatihan penerbang UAV sebagai salah satu komponen penting dalam pelatihan dan pendidikan penerbang UAV dan menekankan, “Hari ini, kami telah mencapai titik kepercayaan bahwa kami dapat merancang dan memproduksi instrumen yang diperlukan di medan perang dan simulator ini adalah contohnya. Ini adalah salah satu dari ratusan peralatan dan senjata militer yang diproduksi secara lokal di angkatan darat, dirancang dan diproduksi oleh spesialis dalam negeri.”

Dalam upacara peresmian simulator, beberapa proyek konstruksi dan kesejahteraan diresmikan dan dioperasikan di grup UAV Hazrat Wali Asr di hadapan Jenderal Heydari.

Sebelumnya, menurut laporan terbaru dari Institut Kebijakan Strategis Australia, sebagaimana yang dilaporkan IRNA, bahwa Iran telah menjadi kekuatan teknologi terpenting berikutnya setelah Inggris dan India yang menempati lima negara teratas dalam 29 dari 44 jenis teknologi.

“Korea Selatan dan Jerman mengikuti dari belakang, masing-masing muncul di lima negara teratas dalam 20 dan 17 teknologi,” menurut laporan tersebut. 

“Australia berada di lima besar untuk sembilan teknologi, diikuti oleh Italia (tujuh teknologi), Iran (enam), Jepang (empat) dan Kanada (empat). Rusia, Singapura, Arab Saudi, Prancis, Malaysia, dan Belanda berada di lima besar untuk satu atau dua teknologi,” sebut laporan itu.

“Beberapa negara lain, termasuk Spanyol dan Turki, berada di 10 besar tetapi tidak masuk lima besa,” Hal itu cukuplah masuk akal, pasalnya saat ini Iran memiliki teknologi senjata yang membuat negara NATO ketar-ketir.

Yang terbaru, Iran memiliki pangkalan udara menampung berbagai fasilitas lain seperti stasiun peringatan, area penyimpanan pesawat dan pusat perbaikan dan pemeliharaan selain dilengkapi dengan peralatan navigasi dan bandara serta tangki bahan bakar. Pangkalan “Eagle 44” mampu menyimpan dan mengoperasikan jet tempur dan drone, demikian dilaporkan IRNA tanpa merinci lokasi pangkalan. IRNA melaporkan bahwa itu adalah salah satu pangkalan angkatan udara terpenting Iran , dibangun jauh di bawah tanah, menampung para pejuang yang dilengkapi dengan rudal jelajah jarak jauh.

Dari 44 teknologi baru tersebut, Iran sendiri tengah mengembangkan rudal super hipersonik yang mampu menembus sistem pertahanan negara manapun “Semua pengumuman ini ditujukan untuk meningkatkan perhatian, meningkatkan kewaspadaan, dan meningkatkan perhatian publik terhadap program nuklir Iran,” imbau Kepala Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi dikutip dari Arab News.

Rudal hipersonik tersebut dapat mengirimkan senjata nuklir dengan cara cara yang sama seperti rudal balistik tradisional. Bedanya, rudal hipersonik ini dapat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara dan sangat bermanuver sehingga tidak mungkin untuk dilacak dan dipertahankan. Tak hanya rudal, peluncuran satelit Iran ke ruang angkasa untuk menempatkan tiga muatannya ke orbit tahun lalu, mengejutkan dunia.

Hal ini diumumkan oleh juru bicara Kementerian Pertahanan Iran, dikutip dari Reuters. “Untuk muatan masuk ke orbit, perlu mencapai kecepatan di atas 7.600 (meter per detik). Kami mencapai 7.350,” kata juru bicara Ahmad Hosseini.

Hosseini tidak mengklarifikasi apakah perangkat telah mencapai orbit, tetapi menyatakan peluncuran ini adalah tes sebelum menempatkan satelit ke orbit. Iran  yang memiliki salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah, telah mengalami beberapa peluncuran satelit yang gagal dalam beberapa kali terakhir karena masalah teknis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *