Tehran, Purna Warta – Menteri Perminyakan Iran Javad Owji menggarisbawahi bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa terhadap sektor energi minyak dan gas negara itu secara bertahap kehilangan efektivitasnya.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat berkunjung ke Pameran Internasional IranPlast ke-17 di Teheran.
Baca Juga : Biden: Tank Abrams AS Pertama Akan Tiba di Ukraina Minggu Depan
Owji memuji para ahli Iran karena memfasilitasi perluasan industri energi negara itu dari kilang hingga petrokimia dalam skala global.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran mengatakan ada minat signifikan yang ditunjukkan perusahaan asing pada IranPlast yang dianggap sebagai pameran industri plastik terbesar di Asia Barat.
“Pameran IranPlast berkontribusi pada diskusi mengenai memasuki rantai nilai, dan kami melihat lebih dari 230 perusahaan asing berpartisipasi dalam pameran ini,” tegas Owji.
“Di pemerintahan ini, kami bermaksud memasuki rantai nilai melalui sektor swasta dan mencegah penjualan bahan mentah,” tambahnya.
Owji juga menyoroti peran pameran ini sebagai platform berharga untuk penyediaan layanan teknis dan teknik, serta membina kolaborasi dalam industri petrokimia.
Baca Juga : Iran Pamerkan Rudal, Drone Jarak Terjauh pada Parade Militer 2023
Dalam sambutannya awal bulan ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kana’ani menggarisbawahi desakan negaranya untuk menetralisir sanksi AS melalui dialog dan diplomasi, namun menggarisbawahi bahwa Tehran tidak menunggu izin dari Washington atau kebangkitan perjanjian nuklir tahun 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), untuk berdagang dengan negara lain atau menjual minyaknya.
Juru bicara tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa Tehran tetap berkomitmen pada jalur diplomasi, namun tidak akan menggantungkan harapannya pada hasil negosiasi dengan negara-negara besar yang bertujuan untuk menyelamatkan perjanjian tahun 2015 atau keputusan pemerintah AS mengenai hubungan dagang Iran dengan negara lain.
“Iran akan dengan tegas melakukan proses netralisasi sanksi namun tidak akan menunggu hasil perundingan untuk menyelamatkan perjanjian tahun 2015 atau sikap pemerintah AS terhadap pertukaran komersial Republik Islam dengan negara lain,” tegas diplomat utama tersebut.
Kana’ani lebih lanjut menekankan bahwa negaranya telah berhasil mengekspor minyak kita dan mempertahankan posisinya meskipun ada sanksi AS, dan telah membuktikan bahwa negaranya tidak akan dibatasi oleh embargo.
Baca Juga : Israel Kembali Tutup Penyeberangan Gaza Halangi Akses Warga Palestina untuk Bekerja
Dia menekankan bahwa banyak negara berupaya mengembangkan hubungan mereka dan memperluas kerja sama dengan Iran, khususnya di sektor minyak.
Konsultan dan perusahaan yang melacak pengiriman kapal tanker baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa produksi dan ekspor minyak Iran meningkat pada bulan Agustus meskipun ada sanksi AS.
Para analis mengatakan tingginya ekspor tampaknya merupakan hasil keberhasilan Iran dalam menghindari sanksi AS.
SVB International, seorang konsultan, memperkirakan produksi minyak Iran meningkat pada bulan Agustus menjadi 3,15 juta barel per hari (bph), tertinggi sejak 2018, dengan ekspor minyak mentah dan kondensat hanya di bawah 2 juta barel per hari.
“Iran berada di jalur untuk memulihkan produksi minyaknya sebelum terkena sanksi,” kata Sara Vakhshouri dari SVB.
Setelah keluar dari perjanjian nuklir tahun 2015, mantan Presiden Donald Trump menerapkan kembali sanksi terhadap Iran sebagai bagian dari apa yang ia sebut sebagai kampanye “tekanan maksimum” terhadap negara tersebut. Sanksi tersebut masih diberlakukan hingga saat ini oleh pemerintahan Joe Biden, meskipun telah berulang kali mengakui bahwa kebijakan tersebut merupakan sebuah kesalahan dan kegagalan.
Baca Juga : Para Pengunjuk Rasa Berkumpul di Times Square New York Lawan Netanyahu
Para pejabat Iran mengatakan upaya AS untuk mengganggu perdagangan Teheran melalui sanksi telah gagal. Mereka menyatakan Washington telah dikalahkan dalam kebijakan tekanan maksimum terhadap negaranya.