Riyadh, Purna Warta – Menteri luar negeri Saudi menggambarkan bahwa kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv sebagai “langkah penting” dalam mencegah aneksasi wilayah Palestina.
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan bin Abdullah Al Saud menyebut perdamaian dengan rezim Zionis sebagai “langkah penting” pada pertemuan dialog Mediterania pada Jumat malam.
Menurut Russia Today, Menlu Saudi mengatakan bahwa perjanjian damai dengan Israel akan bisa mencegah aneksasi wilayah Palestina dan, di sisi lain, isu ini berperan dalam memperkuat stabilitas kawasan.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Saudi tersebut sebagai penegasan dari pernyataan para pejabat negara yang berkompromi dengan rezim Zionis; Negara-negara ini bersikeras bahwa mereka telah menormalisasi hubungan mereka dengan rezim Zionis sebagai ganti penangguhan pendudukan Tepi Barat dengan Tel Aviv; Namun para pejabat Zionis telah berulang kali menekankan bahwa masalah pencaplokan Tepi Barat masih menjadi agenda dan hanya ditangguhkan beberapa waktu.
Faisal bin Farhan juga mengklaim pada pertemuan tersebut bahwa dukungan Riyadh untuk penandatanganan perjanjian perdamaian yang adil akan memungkinkan Palestina untuk mendirikan negara merdeka.
Pernyataan itu muncul seminggu setelah media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman di kota Neom.
Beberapa media pemberitaan Zionis melaporkan bahwa berita pertemuan tersebut telah bocor kepada pihak media atas perintah pribadi Bin Salman, dan bahwa dia bermaksud untuk mengetahui apa reaksi masyarakat negara ini dan negara-negara di kawasan itu terhadap berita ini.
Sebelumnya, surat kabar Zionis Haaretz melaporkan dengan mengutip dari Haim Saban, seorang miliarder Zionis dan teman dekat Bin Salman, tetapi Putra Mahkota Saudi mengatakan kepada Saban bahwa dia takut akan reaksi dari Iran dan rakyat Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan rezim pendudukan di Yerusalem.
Miliarder Zionis telah melaporkan bahwa Bin salman telah mengatakan kepadanya bahwa dia ragu-ragu untuk menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel; Sebab, menurut dia, tindakan tersebut bisa membebani biaya politik yang besar padanya di dalam negeri.
Baca juga: Analis Kuwait: Pembunuhan Fakhrizadeh Adalah Mossad