Tel Aviv, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid dalam sebuah wawancara dengan radio tentara Israel (Galei Tzahal) pada hari Selasa (25/1) mengungkapkan rencana soal program normalisasi hubungan dan menyebut dua negara yang jadi target normalisasi selanjutnya adalah Indonesia dan Arab Saudi.
“Israel tertarik untuk memperluas ruang lingkup kerja sama,” kata Menlu Tel Aviv menjawab pertanyaan tuan rumah tentang kemungkinan Indonesia bergabung dalam perjanjian normalisasi, katanya. “Indonesia dan Arab Saudi adalah negara yang sangat penting [di hal ini], Tapi itu akan memakan waktu lama.”
Baca Juga : Masih Panas dengan Yaman, UEA Ingin Tingkatkan Hubungan dengan Iran
Pertanyaan tentang kemungkinan menarik Indonesia ke kesepakatan normalisasi hubungan muncul setelah situs web AS Axius melaporkan pada awal Januari bahwa Menteri Luar Negeri AS Joe Biden telah melakukan dialog dengan beberapa pejabat Jakarta yang disinyalir berkaitan dengan normalisasi hubungan dengan Tel Aviv. Axius melaporkan bahwa pemerintah AS saat ini bermaksud untuk mengadakan perjanjian normalisasi dengan negara-negara terbesar yang tidak mengakui secara resmi rezim Zionis Israel.
Di sisi lain, surat kabar berbahasa Ibrani Israel Hayoum melaporkan pada bulan Oktober bahwa Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan bin Abdullah Al Saud telah membuat pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait dukungan terhadap rezim Zionis. “Kami tidak melihat pernyataan seperti itu setiap hari terkait dukungan kepadda Israel dari seorang pejabat Saudi, seperti yang kita lihat hari ini di Washington,” tulis Israel Hayoum.
Ditanya apakah Riyadh akan menormalkan hubungan dengan Tel Aviv, Faisal bin Farhan mengatakan sehari setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS: “Israel membantu terwujudnya stabilitas dan perdamaian di kawasan.”
Baca Juga : Bertemu Menhan Azerbaijan, Presiden Iran: Israel Tak akan Jadi Teman Negara Muslim Manapun
Namun, Menteri Luar Negeri Saudi melanjutkan dengan mengatakan bahwa Arab Saudi yakin bahwa satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas penuh adalah dengan menyelesaikan masalah Palestina.
“Saya tidak tahu apakah ini akan segera terjadi atau tidak, karena itu sangat tergantung pada kemajuan proses perdamaian,” kata Faisal bin Farhan sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan CNN dalam menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan normalisasi hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv.
Menteri luar negeri Saudi juga menyatakan: “Oleh karena itu, opsi normalisasi hubungan pasti ada di atas meja, meskipun telah dikenal sebagai rencana perdamaian Arab sejak 2002.”
Baca Juga : Kemenlu AS: Kampanye Tekanan Maksiman Trump untuk Iran Gagal Total
Rencana Perdamaian Arab, disetujui oleh semua negara anggota pada KTT Arab di Beirut, Lebanon, Maret 2002, berisi ketentuan-ketentuan yang mencegah normalisasi hubungan dengan rezim Zionis sampai Tel Aviv berkomitmen untuk memulihkan hak-hak Palestina sesuai dengan resolusi internasional dan menarik diri dari wilayah negara-negara Arab yang didudukinya pada tahun 1967.