Teheran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menanggapi dengan tegas pernyataan Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya baru-baru ini di Knesset Israel dan KTT Sharm el-Sheikh, dengan mengatakan bahwa Trump “bisa menjadi presiden perdamaian atau presiden perang — ia tidak bisa menjadi keduanya.”
Dalam sebuah unggahan di akun X-nya (sebelumnya Twitter), Araghchi menulis bahwa kini telah menjadi sangat jelas bahwa “Presiden Amerika Serikat telah disesatkan oleh informasi palsu yang menyatakan bahwa program nuklir damai Iran hampir dijadikan senjata pada awal musim semi ini.” Ia menambahkan bahwa “klaim ini hanyalah kebohongan besar,” seraya mencatat bahwa bahkan penilaian intelijen AS telah mengonfirmasi bahwa tidak ada bukti yang mendukungnya.
Araghchi menekankan bahwa Trump memasuki Gedung Putih dengan menjanjikan kepada rakyat Amerika dan dunia bahwa ia akan mengakhiri manipulasi Israel selama puluhan tahun terhadap presiden-presiden AS berturut-turut dan memastikan bahwa pasukan Amerika tidak akan lagi terseret ke dalam perang tanpa akhir — perang yang dirancang oleh para penghasut perang yang sama yang menyabotase diplomasi nuklir AS dengan Iran selama bertahun-tahun.
“Pengganggu sesungguhnya di Asia Barat,” kata Araghchi, “adalah aktor yang telah lama mengeksploitasi dan memanipulasi Amerika Serikat untuk eksistensi parasitnya sendiri.”
Menteri Luar Negeri Iran mempertanyakan bagaimana rakyat Iran bisa mempercayai “cabang zaitun” dari seseorang yang baru empat bulan lalu mengesahkan pengeboman wilayah permukiman di seluruh Iran. “Serangan-serangan kriminal tersebut telah merenggut nyawa lebih dari seribu warga Iran, termasuk perempuan dan anak-anak,” ujarnya. “Sulit menyebut seseorang sebagai presiden perdamaian ketika ia mengobarkan perang tanpa akhir dan berdiri berdampingan dengan penjahat perang.”
Araghchi menegaskan kembali bahwa Republik Islam Iran selalu siap untuk hubungan diplomatik yang saling menghormati dan timbal balik. “Rakyat Iran — pewaris sah peradaban kuno dan kaya — menanggapi niat baik dengan niat baik,” ujarnya. “Pada saat yang sama, kami tahu persis bagaimana melawan dan menghadapi penindasan dan pemaksaan; sebuah pelajaran yang telah dipelajari dengan susah payah oleh para penghasut perang di Tel Aviv.”
Namun, ia mencatat satu poin yang sependapat dengan Presiden AS: “Tuan Trump benar ketika mengatakan bahwa Iran tidak boleh dijadikan alasan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Siapa pun yang ingin mengorbankan rakyat Palestina dan bersekutu dengan entitas genosida yang ingin menguasai seluruh wilayah harus memiliki keberanian untuk bertanggung jawab penuh atas rakyatnya sendiri — alih-alih menyalahkan pihak lain.”