Purna Warta – Arab Saudi menuntut untuk ikut serta dalam perundingan nuklir Iran-5+1 atau JCPOA. Tak disangka dua negara Arab lainnya yang sejalur dengan Saudi, rezim Zionis dan Amerika, membuntut. Mereka mengklaim demi membangun perundingan lebih baik.
Yuosef Al Otaiba, Duta Emirat di AS, dalam wawancaranya dengan Politico mengatakan, “AS harus menjaga hubungan kuatnya dengan sekutu-sekutu Eropa dan Timur Tengah dan hadir bersama dua kelompok sekutunya di perundingan JCPOA.”
“Kami semua menginginkan kesepakatan. Tidak ada yang lebih menuntut dari kami tentang perundingan ini. Kami akan beruntung dengan stabilitas yang dilahirkan dari kesepakatan baru. Kenapa kami harus tutup mata atas kesepakatan yang bisa menyebabkan stabilitas itu?.”
Dalam lanjutan laporannya, 22/12, Politico mengisyaratkan pertemuan di balik tirai antara petinggi Saudi, Bahrain dan Israel pada hari Senin dengan beberapa anggota Komite Hubungan Israel-Amerika dan menjelaskan, “Salah satu tema yang dibahas mereka adalah perundingan dengan Iran dan JCPOA.”
Abdullah Al Khalifa, Duta Bahrain di PBB, juga dalam sesi wawancaranya dengan media Amerika menyatakan, “Bagi kami sangatlah penting untuk menjadi salah satu pihak dalam perundingan, karena kamilah yang berada di garis depan. Kamilah yang harus menanggung semua akibatnya.”
Faisal bin Farhan, Menlu Saudi, dalam sebuah pernyataannya mengatakan, “Riyadh tidak mempermasalahkan AS kembali ke JCPOA, tapi masalah-masalah yang mengkhawatirkan dalam hal ini harus diatasi dan sebagai pendahuluannya adalah melarang pengayaan uranium oleh Iran untuk selamanya.”
Diplomat senior Saudi tersebut, dengan alasannya ini, menuntut menjadi bagian dari anggota yang harus hadir di tengah meja perundingan JCPOA.
Sementara Menlu Iran, Senin malam (21/12), dalam tweetnya menolak segala jenis perundingan baru mengenai JCPOA.