Mengapa Pihak Barat Tiba-Tiba Khawatir Terhadap Lambatnya Pembicaraan Wina?

Mengapa Pihak Barat Tiba-Tiba Khawatir Terhadap Lambatnya Pembicaraan Wina?

Wina, Purna Warta Pejabat barat dari Eropa dan AS pada hari Kamis (20/1) kembali mencoba menekan Iran dengan melakukan manuver dalam waktu yang singkat pada pembicaraan Wina tentang pencabutan sanksi.

Walaupun ada pembicaraan tentang waktu yang singkat dalam negosiasi untuk mencabut sanksi di Wina dan menetapkan tenggat waktu untuk itu, tetapi dalam praktiknya mereka belum melakukan fleksibilitas dan penyesuaian dalam memenuhi kewajiban mereka kepada Iran dalam perjanjian JCPOA.

Ini telah menjadi strategi umum negara-negara Barat sejak 29 November, ketika putaran pertama pembicaraan ini dimulai dalam pemerintahan Sayyid Ibrahim Raisi, Presiden Iran, di Hotel Coburg Wina.

Baca Juga : Ayatullah Saidi: Hubungan Dengan Rusia Efektif Menetralisir Sanksi

Penampakan yang terkoordinasi

Pejabat dari negara-negara Barat, termasuk Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri Jerman Jean-Yves Le Drian,  dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian hari Kamis (20/1) memperlihatkan suatu contoh terbaru dari kebijakan yang sama dan terkoordinasi, yang mana mereka ingin memanfaatkan waktu singkat yang tersisa untuk segera membangkitkan JCPOA.

“Kami tidak berada di posisi yang seharusnya disepakati tetapi belum disepakati, dan jika kami tidak segera sampai di sana, maka kami harus segera mengambil jalan yang berbeda,” kata Blinken dalam konferensi pers bersama dengan mitranya dari Jerman.

“Kami berbicara tentang urgensi nyata dan kami hanya memiliki beberapa minggu sekarang untuk menentukan apakah kami dapat kembali ke kesepakatan bilateral atau tidak,” tambahnya.

Setelah dia, Bayrock mengklaim bahwa waktu hampir habis dan mengatakan: ”pembicaraan di Wina telah mencapai tahap penting. Kita berbicara tentang akhir waktu, karena pada saat yang sama dengan pembicaraan di Wina, Iran terus memperkaya uranium hingga 60 persen,” katanya.

Baca Juga : Washington Times: Latihan Militer Iran-Rusia-China, Sinyal Kuat ke AS

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, yang negaranya dikenal dengan sikap keras dalam keputusannya sebagai wakil dari rezim Zionis dalam pembicaraan di Wina dan pihaknya juga mengatakan pada hari Kamis bahwa “pembicaraan dengan Iran dengan kecepatan seperti ini tidak bisa dilanjutkan.”

Apa argumen Barat dan Iran?

Meskipun program nuklir Iran diawasi oleh perlindungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pihak Barat tetap mengklaim bahwa seiring waktu, kemajuan nuklir Iran akan mencapai titik di mana perjanjian NPT untuk non-proliferasi pada tahun 2015 tak akan berfungsi lagi.

Berdasarkan klaim ini, Amerika Serikat mengatakan bahwa jendela pembicaraan Wina akan ditutup sepanjang penilaian para ahli dari berbagai lembaga AS muncul  mengenai kemajuan nuklir Iran telah melebihi manfaat dari larangan non-proliferasi.

Republik Islam Iran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, dan pihak Tehran pada dasarnya tidak mengejar program nuklir yang program pengayaannya yang membahayakan kepentingan pihak non-proliferasi.

Baca Juga  : Dialog Kerja Sama Militer Putra Mahkota Saudi dengan Presiden Korsel di Riyadh

Dari sudut pandang Iran, JCPOA juga bertujuan untuk menunjukkan sifat program nuklir Iran yang murni damai kepada dunia Barat, yang berusaha menekan bangsa Iran dengan menciptakan krisis palsu dalam kasus ini.

Selain itu, Iran telah menolak upaya pihak Barat untuk menyuntikkan isu palsu ke dalam pembicaraan dengan mengatakan bahwa pihak Iran menolak taktik palsu berupa ketergesa-gesaan yang ditampakkan oleh pihak Barat untuk tujuan tertentu.

Apa yang dimaksud dengan unsur waktu dari sudut pandang Iran?

Utusan Iran untuk pembicaraan Wina telah menyatakan bahwa hasil lebih penting bagi Tehran daripada waktu. Iran berusaha untuk mengembalikan kesepakatan JCPOA, yang sejak hari pertama implementasinya menjadi kesepakatan ekonomi de facto bagi Tehran, dan kebijakan yang seimbang, serta saling menguntungkan berdasarkan persetujuan AS dan Barat.

Di sisi lain, interpretasi pihak Barat tentang isu waktu negosiasi didasarkan pada pandangan sepihak. Faktanya, berlalunya waktu tidak hanya akan menghilangkan kesepatakan JCPOA dari unsur keuntungan yang diklaim oleh pihak Barat, tetapi juga akan menghilangkan pertumbuhan ekonomi Iran yang akan diwujudkan melalui perjanjian enam tahun lalu.

Baca Juga : Ayatullah Saidi: Hubungan Dengan Rusia Efektif Menetralisir Sanksi

Dari perspektif Republik Islam Iran, meskipun pencabutan sanksi yang lebih cepat merupakan prioritas, akan tetapi karena masalah waktu, pembicaraan untuk memastikan pencabutan sanksi yang efektif dan nyata  tidak boleh dikorbankan. Mengingat bahwa Barat telah melihat Iran dalam enam tahun perjanjian sejak pelaksanaan kesepakatan JCPOA, Iran dalam hal ini dengan memanfaatkan semua alat hukum dan politiknya akan memastikan tercapainya pencabutan sanksi yang menguntungkan Iran.

Jika JCPOA ingin menjadi perjanjian multilateral – bukan “zero-sum game” – harus ada mekanisme untuk memastikan bahwa kedua belah pihak menikmati manfaat yang dijanjikan.

Alasan desakan Iran tentang perlunya mempertimbangkan dua mekanisme “verifikasi pencabutan sanksi” dan “jaminan untuk kelangsungan kesepakatan JCPOA supaya pihak Barat tidak dapat mengulangi perilaku yang mereka lakukan sejak tahun 2015.

Jelas bahwa untuk mengisi kesenjangan ini akan memakan waktu, dan pihak lain, jika khawatir tentang waktu, maka mereka harus mengatasi masalah Iran lebih cepat. Alih-alih barat melakukan kontroversi atas media yang ada dalam agenda barat, mereka tidak melakukan apa yang harus dilakukan.

Baca Juga : Diplomat Rusia: Kemajuan Perundingan Wina Bikin Pihak Anti-JCPOA Lebih Provokatif

Pihak mana yang bertanggung jawab atas lambatnya negosiasi?

Dalam hampir tiga bulan sejak putaran baru pembicaraan sanksi dimulai, Amerika Serikat dan troika Eropa dan media pemberitaan mereka selalu berusaha untuk menyindir bahwa Iran adalah faktor penyebab keterlambatan dalam pembicaraan Wina. Mereka menyebarkan isu bahwa kecepatan pembicaraan hanya bergantung pada tindakan Iran. Sikap mereka ini salah karena beberapa alasan:

Pertama, pada minggu-minggu awal pemerintahan Biden, ketika diperkirakan pihaknya dapat membawa Amerika Serikat kembali berkuasa dengan cepat berdasarkan janji-janji pemilihannya, para pejabatnya berulang kali menegaskan mengenai kemungkinan kembali pemerintahan Washington pada JCPOA.

Di antara mereka yang berbicara menentang anggota parlemen Senat adalah Anthony Blinken, yang telah mengalahkan batas waktu untuk menghidupkan kembali JCPOA. Selama dua bulan terakhir ia telah mengulangi frasa tersebut untuk menghidupkan kembali JCPOA bahkan dengan hanya beberapa minggu saja yang tersisa.

Selain itu, selama satu tahun masa jabatan pemerintahan Joe Biden yang hanya membuang-buang waktu dalam permasalahan dirinya, dan kini telah  memasuki perdebatan serius seperti “Siapa yang harus kembali ke JCPOA terlebih dahulu dan kebutuhan untuk merundingkan kesepakatan yang lebih kuat dan lebih lama serta menyalahkan Iran dengan memainkan permainan”

Baca Juga : Eksekusi Mati di Saudi Meningkat 148% di Tahun 2021

Pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak Amerika dan sekutu Baratnya adalah bahwa jika masalah waktu secara fundamental penting untuk kembali ke JCPOA, mengapa kebijakan waktu belum menjadi agenda mereka sejak awal. Jika dapat disimpulkan dari tingkah laku mereka selama ini? tiba-tiba menjadi penting dan memulai kontroversi karenanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *