Wina, Purna Warta – Mantan anggota parlemen Israel mengatakan bahwa pemerintah AS saat ini perlu kembali ke kesepakatan nuklir Iran disertai dengan penggunaan tekanan maksimum pada Teheran ke arah ini.
Setelah terjadinya sabotase terhadap fasilitas nuklir Republik Islam Iran, Natanz, Iran mengumumkan akan meningkatkan pengayaan uranium hingga 60%.
Sabotase terjadi pada malam putaran baru pembicaraan di Wina, dan Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, kemarin menekankan bahwa pembicaraan negosiasi di Wina tidak boleh melemah.
Mengenai pembicaraan JCPOA, Essam Mokhoul, mantan anggota Knesset Zionis (parlemen) dan kepala Institut Studi Emil Toma, mengatakan kepada Al-Mayadin bahwa pemerintah AS sangat membutuhkan pembicaraan tersebut.
Dia menekankan bahwa pemerintahan Biden perlu kembali ke kesepakatan nuklir Iran untuk mendapatkan kembali posisi internasional AS.
Makhul menambahkan bahwa Amerika Serikat mencoba menggunakan agresi rezim Zionis terhadap Natanz untuk menekan Iran.
“Saat ini, Israel telah menjadi beban politik Amerika,” katanya.
Mengkritik peran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam menyabotase Natanz, pakar tersebut mengatakan bahwa Netanyahu berusaha menciptakan ketegangan agar tetap berkuasa.