Beirut, Purna Warta – Misi permanen Lebanon untuk PBB telah mengajukan pengaduan resmi ke Dewan Keamanan PBB menyusul kematian sedikitnya 10 warga sipil dalam dua serangan udara ilegal Israel di selatan negara itu.
Baca Juga : Oposisi Italia Tuntut Diakhirinya Genosida di Gaza
Saat berbicara kepada Presiden bergilir Dewan Keamanan Carolyn Rodrigues-Birkett, misi tersebut mencatat bahwa serangan terhadap warga sipil merupakan “kejahatan perang”, situs berita Elnashra melaporkan pada hari Jumat (16/2).
“Meskipun hukum humaniter internasional menjamin perlindungan warga sipil dan fasilitas sipil, pemboman yang disengaja dan langsung oleh Israel terhadap warga sipil di rumah mereka dianggap sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional dan merupakan kejahatan perang,” bunyi pengaduan tersebut.
Serangan Israel merobohkan sebagian bangunan di kota Nabatiyeh di Lebanon selatan pada hari Rabu, menewaskan tujuh anggota keluarga yang sama, termasuk seorang anak, kata Kantor Berita Nasional resmi Lebanon. Seorang anak laki-laki yang awalnya dilaporkan hilang ditemukan hidup di bawah reruntuhan.
Dalam serangan Israel terpisah, seorang wanita dan dua anaknya tewas di desa as-Sawana di Lebanon selatan.
Pengaduan tersebut menambahkan bahwa serangan udara tersebut “dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Lebanon, serta keamanan tanah dan warganya.”
Baca Juga : Iran Luncurkan Sistem Pertahanan Udara Baru
Serangan tersebut “melanggar semua resolusi PBB yang mengharuskan Israel menghentikan pelanggaran kedaulatan Lebanon dan mengakhiri pendudukannya atas tanah Lebanon, termasuk Resolusi 1701 (2006),” tambah misi tersebut.
Kelompok perlawanan Lebanon Hizbullah telah berjanji untuk membalas serangan hari Rabu, dengan menyatakan bahwa Israel akan membayar “harga” atas pembunuhan 10 orang, termasuk lima anak-anak di Lebanon selatan.
“Musuh akan menanggung akibatnya atas kejahatan ini,” kata politisi Hizbullah Hassan Fadlallah kepada kantor berita Reuters. “Perlawanan akan terus menggunakan hak sahnya untuk membela rakyatnya,” tegasnya.
Rezim Israel melancarkan permusuhan yang menghancurkan di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah kelompok perlawanan Palestina pimpinan Hamas melakukan serangan balasan yang mengejutkan, yang disebut Operasi Badai Al-Aqsa, terhadap entitas pendudukan.
Militer Israel juga telah melakukan serangan terhadap wilayah Lebanon sejak saat itu, yang memicu serangan balasan dari Hizbullah untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Baca Juga : Menhan Iran: Sistem Pertahanan Udara Baru Iran Sangat Akurat
Gerakan ini telah berjanji untuk terus melakukan operasi pembalasan selama rezim Tel Aviv terus melakukan serangan gencar di Gaza.
Kampanye Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 28.663 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. 68.395 orang lainnya juga terluka.