Laporan: CIA Peringatkan Tentang Kehadiran Anak-Anak Sebelum Serangan Drone Mematikan AS di Kabul

Seorang kerabat Ezmarai Ahmadi di antara puing-puing kendaraan yang rusak dalam serangan pesawat tak berawak AS di lingkungan Kwaja Burga di ibukota Afghanistan, Kabul, pada 18 September 2021.

New York, Purna Warta – Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dilaporkan telah mengeluarkan peringatan mendesak bahwa anak-anak mungkin berada di lokasi dekat bandara Kabul beberapa detik sebelum kesalahan mengerikan militer AS yang merenggut nyawa sedikitnya 10 warga sipil Afghanistan dalam serangan pesawat tak berawak bulan lalu.

CNN mengutip sumber yang mengetahui situasi tersebut melaporkan pada hari Minggu (19/9) bahwa pada 29 Agustus peringatan datang beberapa detik sebelum rudal AS menghantam mobil dan menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.

“CIA mengeluarkan peringatan mendesak bagi militer AS bahwa warga sipil kemungkinan berada di daerah tersebut, termasuk kemungkinan keberadaan anak-anak di dalam kendaraan,” tambahnya.

Dalam beberapa kasu, militer meminta komunitas intelijen untuk menugaskan drone pengintai dan aset lainnya guna mengawasi mobil atau lokasi tertentu.

Pejabat AS mengatakan bahwa menjelang waktu serangan, AS memiliki setidaknya 60 laporan intelijen yang berbeda tentang aliran ancaman terhadap pasukan AS di Bandara Internasional Hamid Karzai.

Beberapa media telah melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak AS tampaknya menargetkan orang yang salah. Serangan tersebut menewaskan seorang pekerja bantuan Afghanistan yang tidak bersalah bersama dengan anggota keluarganya. Namun jenderal tinggi AS menyebut serangan tersebut bisa dibenarkan.

Ezmarai Ahmadi salah diidentifikasi sebagai militan ISIS oleh intelijen AS. pada 29 Agustus intelijen AS melacak Toyota putihnya selama delapan jam sebelum akhirnya menargetkan mobil tersebut yang menewaskan tujuh anak dan tiga orang dewasa.

Washington sebelumnya mengklaim bahwa yang mereka bunuh adalah teroris.

Pentagon telah mempertahankan serangan 29 Agustus yang menargetkan teroris ISIS yang merupakan ancaman nyata bagi pasukan Amerika di bandara Kabul. Ketua Kepala Gabungan AS Jenderal Mark Milley menyebutnya sebagai serangan yang benar.

Dalam pidato bulan lalu, Presiden AS Joe Biden memuji serangan itu sebagai contoh kemampuan AS untuk menargetkan kelompok ISIS.

Namun pada hari Jumat (17/9), jenderal tertinggi Komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie mengumumkan bahwa penyelidikan militer telah menemukan bahwa 10 warga sipil dan pengemudi yang ditargetkan bukanlah ancaman yang terkait dengan ISIS seperti organisasi bayangan yang muncul setelah ledakan bom bulan lalu di bandara Kabul. Serangan di bandara tersebut telah menewaskan puluhan warga Afghanistan dan lebih dari selusin orang Amerika.

McKenzie mengatakan kepada wartawan bahwa serangan pesawat tak berawak militer AS adalah sebuah kesalahan dan menawarkan permintaan maaf.

“Serangan ini dilakukan dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan kami dan para pengungsi di bandara. Namun ternyata serangan itu adalah kesalahan dan saya menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus,” katanya.

McKenzie menambahkan bahwa dia bertanggung jawab penuh atas tragedi yang tragis ini.

Beberapa sumber mengatakan miskomunikasi yang mengerikan itu menyoroti keputusan yang saat ini mendesak pemerintahan Biden. Sebelumnya Biden mempertimbangkan bagaimana melakukan serangan di Afghanistan tanpa pasukan AS di sana di masa depan.

AS menginvasi Afghanistan pada Oktober 2001 setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, meskipun faktanya tidak ada warga Afghanistan yang terlibat dalam serangan tersebut. Ratusan ribu warga Afghanistan tewas dalam perang agresi AS di negara itu.

Pasukan Amerika menduduki negara itu selama sekitar dua dekade dengan dalih berperang melawan Taliban. Namun ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, Taliban menyerbu Kabul yang melemah oleh pendudukan asing yang terus berlanjut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *