Sana’a, Purna Warta – Menteri Informasi Yaman mengutuk eksekusi mati 81 orang termasuk 7 warga Yaman pada Sabtu (12/3) oleh pemerintah Riyadh. Ia juga mengatakan tindakan itu tidak mungkin dilakukan oleh Arab Saudi kecuali dengan perizinan Amerika Serikat.
Sebelumnya, komite urusan tawaan Ansarulah Yaman telah megeluarkan pernyataan bahwa di antara puluhan orang yang dihukum mati oleh Arab Saudi, dua diantaranya adalah tawanan dari Yaman. Keduanya adalah prajurit Ansarulah.
Baca Juga : Pejabat HAM Iran Minta Kejelasan Saudi Hukum Mati Puluhan Warganya
“Kejahatan rezim Al-Saud terhadap 81 orang, termasuk 41 penduduk Al-Qatif dan 7 warga Yaman, adalah kejahatan besar terhadap kemanusiaan,” tulis Dhaifullah al-Shami, Menteri Informasi Yaman di Twitter pada Minggu (13/3).
“Kejahatan semacam itu dilakukan hanya atas kemauan dan perintah Amerika, dan ini mengungkap demokrasi palsu mereka,” kata al-Shami. “Semua orang tahu bahwa bin Salman bahkan tidak akan pergi berlibur tanpa lampu hijau Amerika.”
Komite Urusan Tahanan di Sanaa mengumumkan tadi malam bahwa eksekusi tawanan perang oleh rezim Zionis merupakan pelanggaran terhadap semua hukum dan perjanjian, dan bahwa eksekusi dua tahanan Yaman, al-Batini dan al-Shudhani, adalah tindakan berisiko dengan konsekuensi serius yang tidak dapat dihindari.
Baca Juga : Saudi Kerahkan Pasukan Keamanan di Qatif Pasca Eksekusi 81 Orang
Eksekusi Riyadh terhadap 81 orang di Arab Saudi kemarin atas apa yang disebut pengadilan sebagai “terorisme dan pemikiran sesat” memicu gelombang kecaman, dengan unjuk rasa di Semenanjung Arab menekankan bahwa 41 di antara pemuda yang dieksekusi adalah aktifis gerakan damai di Ehsa dan Qatif (dua kota yang mayoritas warganya bermazhab Syiah).