Komentari Holocaust, Direktur Acara Pembukaan Olimpiade Tokyo Dipecat

Hashimoto

Tokyo, Purnawarta – Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo mengumumkan pemecatan Kentaro Kobayashi selaku direktur acara pembukaan pada Kamis (22/7). Kobayashi dipecat akibat ia pernah mengomentari isu Holocaust dalam sebuah acara komedi.

Pemecatan Kobayashi terjadi tepat sehari sebelum ajang olahraga akbar internasional itu dimulai. Keputusan pemecatan ini sangat krusial karena Kobayashi bertanggung jawab atas penyelenggaraan acara pembukaan. “Saat ini kami sedang mendiskusikan bagaimana cara menangani acara pembukaan nanti,” ujar Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo, Seiko Hashimoto.

Padahal, komentar tersebut diutarakan Kobayashi pada tahun 1998. Saat itu ia sedang tampil sebagai seorang komedian. Ia menggunakan Nazi dan Holocaust sebagai materi komedinya.

Setelah memecat Kobayashi, Hashimoto juga mengutarakan permintaan maaf.  “Kami meminta maaf sedalam-dalamnya karena telah menyebabkan situasi seperti ini tepat satu hari sebelum acara pembukaan dan karena telah menyebabkan masalah serta kekhawatiran bagi sejumlah pihak yang terlibat, begitu juga masyarakat di Tokyo dan di seluruh dunia,” tukasnya.

Komedian dikenal sebagai orang yang paling bebas dalam mengutarakan pendapat. Meski begitu, tak jarang mereka menuai kontroversi akibat lelucon lelucon yang mereka buat. Terutama materi-materi yang mengandung unsur kritik politik, kritik sosial, porno dan SARA. Namun mereka percaya bahwa apa materi yang mereka bawa sesuai dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi.

Hanya saja isu Holocaust dan apapun yang menyangkut warga Yahudi serta Israel sering menjadi pengecualian dari kebebasan-kebebasan tersebut. Ujaran yang mengandung singgungan terhadap isu tersebut langsung akan mendapat stigma anti-semitisme walau sekecil apapun.

Tren dalam dua dekade terakhir menunjukkan bahwa isu Holocaust terus menjadi isu paling sensitif melebihi isu-isu yang lain. Tak hanya komedian, baik jurnalis maupun kartunis dapat mengutarakan karya terkait isu-isu sensitif lain seperti agama dan dilindungi oleh HAM serta aturan kebebasan berekspresi namun tidak jika karya tersebut menyinggung isu Holocaust.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *