HomeTimur TengahKlaim Partai Keadilan Dan Pembangunan Turki Berbeda dengan Pernyataan Erdoğan

Klaim Partai Keadilan Dan Pembangunan Turki Berbeda dengan Pernyataan Erdoğan

Damaskus, Purna Warta – Beberapa media yang berada di bawah kendali Partai Keadilan dan Pembangunan Turki mengklaim bahwa Presiden Suriah mengumumkan amnesti umum untuk memenuhi syarat Ankara dalam normalisasi hubungan.
Akan tetapi masih belum jelas ke arah mana hubungan Turki-Suriah akan berkembang.
Disisi lain, Recep Tayyip Erdoğan, Presiden Turki, dalam kunjungannya ke New York, sekali lagi menyatakan bahwa ia siap untuk bertemu dengan Bashar Al-Assad, Presiden Suriah, dan menunggu tanggapan akhir dari Damaskus.

Pernyataan kesiapan Erdoğan untuk bertemu dengan Assad terjadi di tengah pernyataan dan sikap lain yang muncul di Turki. Sebagai contoh, beberapa media yang berada di bawah kendali Partai Keadilan dan Pembangunan mengklaim bahwa Presiden Suriah mengumumkan amnesti umum untuk memenuhi syarat Ankara dalam normalisasi hubungan.

Hal ini terjadi sementara pihak yang menawarkan dan bersemangat untuk normalisasi hubungan adalah Turki, bukan Suriah. Selain itu, perlu dicatat bahwa Suriah yang telah memberikan syarat-syarat kepada Turki, sehingga pengumuman amnesti umum di Suriah tidak ada hubungannya dengan tuntutan Turki.

Ketika Faisal Mekdad, Menteri Luar Negeri Suriah, dan anggota delegasinya meninggalkan ruangan saat Hakan Fidan berbicara di pertemuan Menteri Luar Negeri negara-negara anggota Liga Arab di Kairo, Mesir, semua orang memahami bahwa Damaskus memiliki sikap yang tegas terhadap Ankara dan tidak akan dengan mudah melangkah ke arah normalisasi hubungan.

Namun, Hakan Fidan, dalam menjawab media, pertama-tama menyatakan bahwa dia tidak menganggap hal ini penting dan bahwa meninggalkan ruangan bukanlah isu yang perlu dibahas. Namun, kemudian, di tengah tekanan dari jurnalis mengenai alasan tindakan Menteri Luar Negeri Suriah tersebut dan dampak perilaku ini terhadap hubungan di masa depan, dia mengklaim bahwa tidak semua anggota delegasi Suriah meninggalkan ruangan, dan salah satu dari mereka tetap hadir dan mendengarkan pidatonya hingga akhir.

Pernyataan Fidan menunjukkan bahwa dia masih berharap untuk menarik perhatian para pejabat Suriah ke arah normalisasi hubungan. Namun, hanya beberapa hari setelah insiden itu, ketika dia mengunjungi Anadolu Agency untuk menjawab pertanyaan dari para pengelola dan jurnalis, dia menggunakan ungkapan tentang Suriah yang tidak mencerminkan nuansa persahabatan dan rasa hormat.

Hakan Fidan, dalam melanjutkan posisi agresif Turki sebelumnya terhadap Suriah, kali ini juga menggunakan istilah “rezim” beberapa kali alih-alih menyebutnya dengan istilah resmi dan diplomatik “Pemerintah Suriah.”

Bagian lain dari pernyataan Hakan Fidan tentang Suriah dan presiden negara tersebut disampaikan seolah-olah Suriah berada dalam posisi meminta-minta untuk normalisasi hubungan.

Fidan menyatakan: “Kita harus melihat apa rencana Assad untuk rekonsiliasi dengan rakyatnya. Apakah dia bersedia untuk mencapai kesepakatan berdasarkan pendekatan yang legal dan demokratis atau tidak.”

Pernyataan Hakan Fidan menunjukkan bahwa para pejabat Damaskus tetap berpegang pada syarat-syarat mereka sebelumnya mengenai perlunya mengakhiri kehadiran militer dan polisi Turki yang bersifat okupasi di Afrin dan daerah lain di barat Efrat, dan mereka tidak bersedia dengan mudah mencapai tahap normalisasi hubungan resmi dengan Ankara. Namun, sebelum perjalanan ke New York, Erdoğan sekali lagi menyatakan bahwa dia siap untuk bertemu dengan Assad.

Mehmet Tezkan, seorang analis terkenal Turki, menulis catatan tentang keinginan dan pengulangan pernyataan Erdoğan untuk bertemu dengan Bashar Al-Assad.
Dia berpendapat: “Erdoğan begitu bersemangat untuk bertemu dengan Bashar Al-Assad sehingga jika Assad memberikan tanggapan positif, segera akan dibentangkan karpet turquoise di bawah kakinya. Saya yakin Erdoğan akan memerintahkan pemasangan spanduk dan poster raksasa Assad di dinding bangunan paling megah di Ankara, dan unit berkuda serta pasukan kehormatan akan menyambutnya. Saya tidak ragu bahwa Erdoğan akan menyambut Assad tepat di depan pintu pesawat, sama seperti dia menyambut Sisi. Bahkan jika Assad mengatakan bahwa dia tidak ingin datang ke Ankara, Erdoğan bersedia pergi ke Damaskus, seperti saat dia pergi ke Kairo untuk memeluk Sisi. Bagaimana dengan pertemuan di negara ketiga? Ya, mengapa tidak. Erdoğan bersedia menerima syarat apa pun. Baik dia maupun Fidan sekali lagi menyatakan bahwa mereka siap untuk bertemu dan menunggu balasan dari Damaskus. Namun, kenyataannya adalah bahwa Assad tidak ingin berbicara. Kenapa? Ada banyak alasan.”

Mehmet Tezkan melanjutkan tulisannya: “Belakangan ini, Erdoğan mengatakan bahwa kita tidak mencari campur tangan dalam urusan internal Suriah dan kita memiliki masalah dengan perilaku seperti itu! Namun, 13 tahun yang lalu, dia berkata: ‘Kami tidak melihat masalah Suriah sebagai isu eksternal. Pada dasarnya, masalah Suriah adalah masalah internal kami!’ Ya, Erdoğan mengucapkan kalimat-kalimat semacam itu dan terjun dengan sembrono ke dalam krisis Suriah dan terjerat di dalamnya. Erdoğan dengan jelas berusaha menggulingkan Assad dan membentuk pemerintahan Ikhwanul Muslimin di Damaskus. Erdoğan memerintahkan untuk membentuk lembaga bersenjata Angkatan Bersenjata Suriah Bebas (FSA) untuk menggulingkan Assad dan membayar gaji para militan tersebut dari kantong Turki, dan hingga kini para komandan dan anggota kelompok ini masih menerima gaji dari Turki.
Nah… sekarang Anda katakan: “jika Erdoğan dan Assad saling berpelukan, apa yang akan terjadi pada Angkatan Bersenjata Suriah Bebas? Jumlah mereka tidak diketahui secara pasti, tetapi mereka adalah puluhan ribu angkatan bersenjata. Apa yang sebenarnya akan dilakukan Ankara terhadap mereka? Apakah Erdoğan akan mengirim mereka ke Somalia?”

Tezkan, analis Turki ini melanjutkan di situs berita Halk TV: “Anggaplah semua masalah dan perbedaan antara Ankara dan Damaskus telah teratasi. Anda katakan: “bahkan jika Erdoğan dan Assad bertemu, apa nasib jutaan pengungsi Suriah yang tinggal di Turki? Ada empat setengah juta pengungsi Suriah yang tinggal di Turki. Ratusan ribu bayi Suriah lahir di Turki dan tidak mengenal negara asal mereka. Banyak dari mereka sama sekali tidak ingin kembali. Apa yang harus dilakukan dengan mereka?
Mengapa, meskipun ada semua masalah ini, Erdoğan masih berusaha untuk normalisasi hubungan dengan Suriah? Alasan pertama adalah bahwa lembaga-lembaga cabang PKK di utara Suriah, yang didukung secara militer dan politik oleh Amerika Serikat, memiliki struktur lokal yang kuat, dan Ankara tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka. Kedua, biaya untuk melanjutkan kehadiran tentara Turki di Suriah telah meningkat secara signifikan.
Ketiga, tinggalnya pengungsi Suriah telah berlangsung lama dan di beberapa daerah menyebabkan ketidaknyamanan dalam struktur demografis dan memicu protes di Turki.
Keempat, kita menjaga ratusan ribu pengungsi Suriah di rumah dan tenda mereka di dekat perbatasan, dan kebutuhan mereka menjadi tanggung jawab kita, sehingga Ankara tidak mampu menanggung beban berat ini. Sekarang, dalam kondisi di mana Erdoğan ingin bertemu Assad, kita harus bertanya padanya: “Petualangan besar ini dan usaha untuk melaksanakan salat di Masjid Umayyah di Damaskus, berapa miliar dolar yang telah dikeluarkan untuk kita?”

Di akhir, perlu dicatat bahwa Turki belum mengambil keputusan mengenai penarikan pasukan militernya dari utara Suriah dan bahkan belum secara resmi menyatakan bahwa mereka bersedia menghentikan dukungan politik dan finansial terhadap para oposisi bersenjata di Suriah. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, pengulangan permintaan Erdoğan untuk bertemu Assad tidak dapat dianggap sebagai penghormatan Turki terhadap kedaulatan nasional Suriah dan integritas teritorial negara tersebut.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here