Amman, Purna Warta – Edy Cohen analis Israel menulis sebuah analisa yang mengulas hubungan antara Iran dengan Yordania.
Analisa yang dipublikasikan di The Jerusalem Post tersebut menitikberatkan pada kerugian-kerugian yang akan ditanggung Israel apabila Yordania resmi menjadi sekutu Iran.
Kekhawatiran ini membuat otoritas rezim Zionis merasa perlu untuk menjegal perkembangan hubungan kedua negara tersebut.
Baca Juga : Menlu Oman: Kami Takkan Jadi Negara Teluk Ketiga yang Normalisasi dengan Israel
The Jerusalem Post pada Jumat (9/7) lalu mengabarkan bahwa Perdana Menteri Israel Naftali Bennet menggelar pertemuan rahasia dengan Raja Abdullah di Istana Amman minggu lalu.
Berita-berita yang beredar mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut membahas masalah air yang dihadapi Yordania.
Berita-berita tentang pertemuan rahasia ini diwartakan oleh sejumlah media internal Israel namun tidak dikonfirmasi oleh kantor Bennett. Meski begitu, Yair Lapid selaku Menteri Luar Negeri Israel secara terbuka mengunjungi Yordania pada Kamis (8/7).
Kunjungan tersebut bermaksud merampungkan perjanjian berkaitan dengan isu air serta meningkatkan hubungan dagang.
“Kerajaan Yordania adalah tetangga dan partner Israel. Kementerian Luar Negeri Israel akan terus melakukan dialog untuk menjaga dan memperkuat hubungan ini,” ujarnya. “Kami akan memperluas kerjasama ekonomi demi keuntungan kedua negara,” tambahnya.
Baca Juga : Mantan Panglima Militer Israel Peringatkan Ancaman Roket Hizbullah
Meski begitu, ketegangan antara Yordania dan Israel masih ada. Ketegangan tersebut berpusat pada tiga permasalahan utama: Yerusalem, konstruksi pemukiman di Tepi Barat dan Baitul Maqdis.
Kerajaan Hashimi yang berkuasa di Yordania menjadi penanggung jawab atas situs-situs suci umat Islam yang berada di Baitul Maqdis.
Ketegangan antara kedua negara akan melonjak apabila terjadi sesuatu yang membahayakan menyangkut tiga isu sensitif tersebut.