Teheran, Purna Warta – Saeed Khatibzadeh, Wakil Menteri Luar Negeri dan Kepala Pusat Studi Politik dan Internasional (CPIS), menyampaikan hal tersebut saat berpidato di sebuah konferensi di Sasakawa Peace Foundation (SPF) di Jepang.
Mengacu pada agresi yang tak beralasan terhadap Iran pada bulan Juni, ia mengatakan bahwa masyarakat internasional tidak boleh mengabaikan tindakan agresif dan teroris rezim Israel, yang dilakukan dengan koordinasi bersama Amerika Serikat, di tengah negosiasi, dengan dalih diplomasi yang keliru.
Diplomat senior tersebut menambahkan bahwa musuh-musuh Iran tidak dapat mencapai melalui cara-cara politik apa yang gagal mereka capai melalui agresi.
Kepala CPIS menekankan bahwa aparatur pertahanan Iran dan persatuan rakyat Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya tidak hanya menggagalkan rencana musuh, tetapi juga membatalkan semua narasi keliru yang telah dipromosikan selama beberapa dekade.
“Musuh-musuh Iran tidak dapat mencapai melalui cara-cara politik apa yang gagal mereka capai melalui agresi,” ujarnya merujuk pada tuntutan berlebihan dari pemerintah AS dan Barat atas sensasi yang diciptakan Israel terhadap program nuklir damai Teheran.
Menolak tekanan dan diktat asing, Khatibzadeh mengatakan bahwa Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei telah secara komprehensif menguraikan kerangka kerja yang dengannya negara tidak akan pernah menyerah kepada musuh. “Kami tidak pernah berpaling dari diplomasi, dan bukan kami yang perlu membuktikan niat baik,” tambahnya.
Di bagian lain pidatonya, Wakil Menteri Luar Negeri mengkritik tiga negara Eropa – Inggris, Prancis, dan Jerman – karena mengaktifkan apa yang disebut mekanisme snapback, menyebutnya sebagai kesalahan serius dari perspektif hukum, politik, dan strategis.
Ia menyimpulkan dengan mengatakan bahwa pemerintah dunia harus mengatasi hegemoni dan perundungan dalam hubungan internasional melalui kerja sama dalam kerangka kerja multilateral.
Khatibzadeh dan delegasi pendamping telah bertemu dan berdiskusi dengan para pemimpin lembaga kajian terkemuka Jepang, termasuk Institut Ekonomi Energi Jepang (JIME), Institut Studi Timur Tengah Jepang (MEIJ), Institut Ekonomi Berkembang JETRO (IDE), Institut Geoekonomi (IOG), dan Yayasan Perdamaian Sasakawa (SPF), serta berpartisipasi dalam diskusi meja bundar bersama para peneliti.


