Damaskus, Purna Warta – Menurut laporan Al-Araby Al-Jadeed, penduduk desa-desa perbatasan di selatan Suriah berada dalam kekhawatiran menyusul manuver militer rezim Zionis Israel, dan sebagian dari mereka telah meninggalkan daerah tersebut menuju provinsi lain.
Baca juga: Serangan Israel terhadap Infrastruktur Militer Suriah
Al-Araby Al-Jadeed menyoroti ketamakan rezim Zionis Israel terhadap desa-desa perbatasan Suriah dan rasa takut yang dialami penduduk daerah tersebut. Dalam kota kecil Hadar di pedesaan Quneitra, selatan Suriah, yang mayoritas penduduknya adalah Druze, telah diadakan pertemuan untuk menentukan sikap menghadapi perkembangan saat ini dan infiltrasi Israel ke wilayah tersebut.
Wilayah ini menderita akibat pengepungan dan serangan rezim Israel di beberapa daerah, serta diberlakukannya jam malam. Penduduk kota kecil ini menegaskan sikap mereka yang tak tergoyahkan bahwa Hadar adalah bagian tak terpisahkan dari Suriah, dan mereka mendukung Suriah yang bersatu.
Al-Araby Al-Jadeed juga melaporkan rasa takut yang meluas di kalangan penduduk selatan Suriah, khususnya di desa-desa seperti Al-Na’imiya, Khan Arnabah, Kodnah, Al-Qahataniyah, Ruwayhinah, Bariqa, Bir Ajam, Al-Ma’allaqah, dan Al-Shouli. Disebutkan bahwa tank-tank Israel telah menerobos ke dalam sebagian besar desa ini.
Seorang penduduk Hadar, yang identitasnya dirahasiakan, mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed: “Tentara pendudukan tidak secara langsung mengancam penduduk, tetapi jelas bahwa mereka berusaha untuk mencaplok wilayah ini ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Situasi ini menyebabkan ketakutan besar, dan banyak keluarga telah pergi menuju Damaskus dan provinsi lainnya.”
Ia menambahkan bahwa tentara pendudukan telah menempatkan pasukan tambahan di kota Quneitra dan desa-desa seperti Al-Na’imiya, Kodnah, Al-Na’im, Khan Arnabah, dan Jubata Al-Khashab. Mereka menggunakan posisi militer bekas tentara Suriah sebagai benteng, menggali parit, dan memasang penghalang beton di bukit Tel Al-Ahmar Barat dan Timur serta Tel Abu Qubais. Pesawat-pesawat tak berawak Israel juga terus-menerus memantau wilayah tersebut.
Penduduk lain dari Hadar, yang juga meminta namanya dirahasiakan, mengatakan: “Sebagian besar penduduk menentang pencaplokan kota ini oleh Israel. Kami melawan penjajah, dan kami akan tetap menjadi bagian dari Suriah.”
Menurut laporan Al-Araby Al-Jadeed, penduduk Quneitra dan sebagian pinggiran barat Damaskus merasa sendirian menghadapi kemajuan tentara pendudukan Israel. Mereka tidak melihat adanya pasukan domestik maupun internasional yang dapat menjadi penghalang antara mereka dan pasukan pendudukan.
Seorang penduduk Khan Arnabah mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed: “Israel memanfaatkan situasi ini dan menyerbu wilayah kami. Kami tidak memiliki kemampuan untuk melawannya. Kami juga tidak memiliki harapan pada pemerintah Suriah untuk melindungi kami. Situasi kami sama seperti penduduk lainnya di Quneitra dan pinggiran barat Rif Damaskus; kami hanya bisa diam dan bersabar.”
Laporan tersebut menambahkan bahwa sebelumnya, tentara Israel telah merebut wilayah Jabal Al-Sheikh, dan Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, memerintahkan pasukan Israel untuk tetap berada di wilayah tersebut selama musim dingin dengan alasan keamanan.
Jabal Al-Sheikh merupakan wilayah strategis yang memberikan Israel pandangan luas ke wilayah selatan Suriah. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan ini menjadi saksi ketegangan dan konflik antara Israel dan Suriah.
Baca juga: Saluran 13: Israel Bernegosiasi dengan Penguasa Baru Suriah
Pada hari Minggu, 8 Desember, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan runtuhnya perjanjian pemisahan antara Suriah dan Israel yang ditandatangani pada tahun 1974 di wilayah Dataran Tinggi Golan.
Ia memerintahkan agar zona penyangga di Dataran Tinggi Golan Suriah ditempatkan di bawah kendali Israel.
Menyusul langkah ini, sejumlah sumber media melaporkan pendudukan sejumlah wilayah Suriah oleh tentara rezim Zionis Israel, dengan merilis gambar-gambar yang menunjukkan infiltrasi militer Israel ke kota Quneitra.
Seiring dengan tindakan ini, kabinet Israel menyetujui pendudukan wilayah Jabal Al-Sheikh di Suriah dan pendirian zona penyangga di daerah tersebut.