Teheran, Purna Warta – Panglima kedirgantaraan tertinggi Iran mengatakan kemampuan rudal dan pesawat nirawak negara itu lebih kuat dari sebelumnya, menepis ancaman militer yang kredibel dari musuh.
Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC, mengatakan kepada anggota parlemen Iran bahwa kekuatan pertahanan negara itu telah meningkat secara signifikan.
“Hari ini kita lebih kuat dan lebih siap dari sebelumnya,” kata Hajizadeh seperti dikutip oleh Ebrahim Rezaei, juru bicara Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran.
“Tidak ada ancaman militer terhadap negara yang memiliki dasar nyata,” imbuhnya.
Hajizadeh menyoroti kemampuan Iran dalam sistem rudal dan pesawat nirawak, dengan menunjuk serangan balasan tahun lalu terhadap wilayah yang diduduki Israel sebagai bukti meningkatnya pencegahan.
Ia menggambarkan Operasi True Promise II Iran tahun lalu sebagai “operasi rudal terbesar di dunia,” dengan mengatakan lebih dari 75% rudal mengenai target yang ditentukan.
“Keberhasilan ini mengirimkan pesan yang kuat kepada musuh, terutama rezim Israel,” kata Hajizadeh.
Rezaei mengutip Hajizadeh yang mengatakan bahwa propaganda baru-baru ini yang menunjukkan kemampuan pertahanan Iran sedang menurun telah dibuat oleh media Israel dan Barat.
“Musuh mencoba menipu opini publik dengan menggambarkan citra Republik Islam yang melemah,” katanya. “Kekuatan militer Iran tidak hanya tidak menurun, tetapi malah meningkat dibandingkan dengan masa lalu.”
Ia menambahkan, “Musuh-musuh Iran kini lebih rentan dari sebelumnya dalam menghadapi kemampuan ofensif Iran dan tidak mampu menimbulkan kerusakan pada struktur pertahanan negara itu.”
Garda Revolusi meluncurkan Operasi True Promise I beberapa hari setelah serangan Israel pada 1 April 2024 terhadap kompleks diplomatik Iran di Suriah, yang menewaskan tujuh personel Iran, termasuk dua jenderal.
Sebagai tanggapan atas agresi Israel berikutnya, Iran melancarkan gelombang kedua serangan rudal pada 1 Oktober 2024, yang menargetkan lokasi militer dan intelijen Israel.
Serangan itu, yang diberi nama Operasi True Promise II, merupakan balasan atas terbunuhnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, kepala Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan Garda Revolusi Abbas Nilforoushan.
Pejabat Iran menyatakan bahwa hanya sebagian kecil dari kekuatan senjata negara itu yang digunakan dalam kedua operasi tersebut.
Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi, penasihat militer senior Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, menegaskan kembali pada bulan Maret bahwa Iran tetap teguh dalam komitmennya untuk meluncurkan Operasi True Promise III terhadap rezim Israel sebagai tanggapan atas tindakan agresi terhadap negara tersebut oleh Tel Aviv.
Pejabat tersebut mengindikasikan bahwa operasi tersebut akan dilakukan pada waktunya atas kebijakan Ayatollah Khamenei dan berdasarkan kehati-hatian Pemimpin.