Tehran, Purna Warta – Keputusan Duta Besar UEA untuk memajukan kerja sama telah dibuat sejalan dengan upaya UEA untuk memperkuat hubungan dengan Iran dan sebagai bagian dari keputusan sebelumnya untuk meningkatkan perwakilan diplomatik ke pangkat duta besar, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (21/8).
Hal itu terjadi setelah panggilan telepon baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir Abdullahian dan Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Internasional UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan pada 26 Juli 2022.
Baca Juga : Perancis Kendalikan Gas Yaman Untuk Kurangi Ketergantungan Pada Rusia
Disebutkan bahwa Al Zaabi akan melanjutkan tugasnya di kedutaan di Tehran yang berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Iran “sesuai dengan norma-norma diplomatik yang mengatur hubungan bilateral.”
Menurut kementerian Iran, langkah itu bertujuan untuk “mencapai kepentingan bersama kedua negara dan kawasan yang lebih luas.”
Dalam beberapa bulan terakhir, Iran dan UEA telah mengintensifkan upaya untuk membangun kembali hubungan diplomatik yang dipengaruhi oleh perang selama bertahun-tahun di Yaman dan masalah regional lainnya.
Sebagai pusat re-ekspor besar di Teluk Persia, UEA telah menjadi pemasok utama barang dan mesin ke Iran sejak tahun 2018 ketika Tehran berada di bawah serangkaian sanksi ekonomi sepihak oleh Amerika Serikat.
Nilai ekspor UEA ke Iran berjumlah lebih dari $ 1,5 miliar per bulan, menurut angka oleh kantor bea cukai Iran.
Dalam sebuah pesan kepada Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan pada bulan Mei, Presiden Iran Ibrahim Raisi berharap bahwa Tehran dan Abu Dhabi akan lebih meningkatkan hubungan di semua bidang untuk melayani kepentingan bersama.
Menteri luar negeri Iran juga bertemu dengan presiden UEA di Abu Dhabi pada bulan Mei. Setelah pertemuan itu, Amir Abdullahian mengatakan bahwa hubungan yang hangat di antara tetangga akan mengecewakan musuh.
“Sebuah halaman baru dibuka dalam hubungan antara Republik Islam Iran dan UEA. Kami dengan hangat berjabat tangan dengan tetangga kami,” cuit diplomat top Iran itu.
Awal bulan ini, Kuwait menunjuk Bader Abdullah al-Munaikh sebagai duta besarnya untuk Iran, lebih dari enam tahun setelah negara Teluk Persia itu menarik utusannya dari Tehran menyusul keputusan Arab Saudi untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Islam tersebut.
Baca Juga : 1.900 Lebih Pekerja Pelabuhan Felixstowe Inggris Mogok Delapan Hari Karena Gaji
Kuwait mengurangi hubungan diplomatik dengan Iran ke tingkat kuasa usaha pada awal Januari 2016.
Itu terjadi menyusul keputusan Arab Saudi untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari 2016 setelah pengunjuk rasa Iran, yang marah dengan eksekusi ulama Syiah terkemuka Sheikh Nimr Baqir al-Nimr, dengan menyerbu kedutaannya di Tehran.
Peningkatan hubungan Iran-Kuwait terjadi di tengah upaya yang lebih luas oleh Tehran dan Riyadh untuk membangun kembali hubungan diplomatik.