Washington, Purna Warta – Juru bicara Departemen Luar Negeri menggambarkan kampanye “tekanan maksimum” yang digalakkan pemerintahan Donald Trump terhadap Republik Islam Iran sebagai “kekalahan besar.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada konferensi pers harian pada hari Selasa (25/1) mengatakan bahwa kebjakan tekanan maksimum yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap Tehran telah berakhir dengan kegagalan besar.
Baca Juga : Menlu Israel: Target Normalisasi Selanjutnya Adalah Indonesia dan Arab Saudi
Menurut Hill, juru bicara Departemen Luar Negeri mengkritik kebijakan pemerintahan Trump terhadap Republik Islam Iran, dengan mengatakan: “Kenyataannya adalah bahwa pemerintahan AS sebelumnya telah mewariskan kepada kita sejumlah pilihan yang mengerikan. “Kampanye tekanan maksimum adalah kekalahan besar dan menjadi kenyataan yang bertentangan dengan apa yang dijanjikan.”
Price menyatakan bahwa pemerintahan Trump telah berjanji bahwa dengan kebijakan tekanan maksimum terhadap Republik Islam, akan mencapai kesepakatan yang lebih baik dengan Iran, tetapi janji ini tidak terpenuhi.
Juru bicara Departemen Luar Negeri juga mengatakan dalam menanggapi hasil sebaliknya dari kebijakan tekanan maksimum mantan presiden terhadap Iran bahwa mantan presiden AS itu telah berjanji untuk mengganggu program nuklir Iran dengan kampanye tekanan maksimumnya. Namun kebijakan itu membuahkan hasil yang sebaliknya.
Baca Juga : Bertemu Menhan Azerbaijan, Presiden Iran: Israel Tak akan Jadi Teman Negara Muslim Manapun
Price juga melanjutkan dengan mengatakan bahwa Donald Trump juga telah berjanji untuk menyatukan komunitas internasional melawan negeri Persia itu dengan memberikan tekanan maksimum pada Republik Islam. Namun, kata dia, hasilnya adalah sebaliknya.
“Bertentangan dengan apa yang dijanjikan Trump, (sekarang) kami telah mewarisi program nuklir Iran yang semakin maju dan kami brehadapan dengan program nuklir Iran yang tidak tunduk pada sistem verifikasi dan tidak ada pemantauan,” katanya.
Kritik yang diutarakan juru bicara Kemenlu AS mengkritik kampanye tekanan maksimum Trump terhadap pada Republik Islam itu terjadi di saat pemerintahan Biden selalu berusaha untuk menyembunyikan kelambanan pemerintahan Biden dalam memajukan pembicaraan Wina untuk mencabut sanksi sepihak terhadap Iran dengan menyoroti kesalahan kebijakan pemerintahan Trump terhadap Iran. Dan kinerja Biden selama setahun terakhir menunjukkan bahwa ia terus mengejar kebijakan tekanan maksimum pada pemerintahan mantan Presiden Donald Trump terhadap Iran.
Baca Juga : Masih Panas dengan Yaman, UEA Ingin Tingkatkan Hubungan dengan Iran