Keluarga Imam Musa Sadr Protes Keputusan Pengadilan Lebanon yang Membebaskan Putra Gaddafi dengan Jaminan

Gaddafi

Beirut, Purna Warta – Keluarga ulama Syiah terkemuka Lebanon, Imam Musa al-Sadr, yang menghilang di Libya lebih dari empat dekade lalu, memprotes keputusan seorang hakim Lebanon yang memerintahkan pembebasan putra mendiang diktator Libya Muammar Gaddafi, Hannibal Gaddafi, dengan jaminan sebesar 11 juta dolar AS.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat, keluarga Imam Sadr dan keluarga kedua pendampingnya menyerukan kepada masyarakat Lebanon dan dunia untuk mengungkap kebenaran di balik penculikan dan penahanan ulama besar tersebut beserta para sahabatnya di Libya.

“Kejahatan ini, yang dimulai oleh Muammar Gaddafi, rezimnya yang telah tumbang, serta kaki tangannya, masih berlanjut hingga kini; para terdakwa dalam kasus ini tetap menyembunyikan keberadaan mereka, menolak memberikan informasi penting tentang lokasi ketiga orang yang kami cintai, dan mengabaikan kewajiban hukum serta nota kesepahaman resmi antara Lebanon dan Libya,” demikian isi pernyataan tersebut.

Keluarga Sadr menyatakan keterkejutan dan kekecewaan atas pemberitaan palsu serta upaya terarah oleh sejumlah pihak untuk membela Hannibal Gaddafi.

“Hannibal sendiri merupakan anggota dari aparat keamanan rezim Libya terdahulu dan memiliki informasi penting mengenai nasib Imam Sadr,” tambah mereka.

Keluarga itu menjelaskan bahwa Hannibal Gaddafi ditangkap pada tahun 2015 berdasarkan perintah pengadilan dan atas permintaan Interpol, namun ia menolak memberikan informasi penting selama proses penyelidikan meskipun diketahui memiliki pengetahuan penuh tentang kasus tersebut.

“Karena itu, keluarga Imam Musa al-Sadr serta kedua rekannya, Yang Mulia Syekh Muhammad Yaqoub dan Tuan Abbas Badreddine, telah mengajukan gugatan terhadapnya, dan penahanannya dilakukan sesuai dengan hukum dan yurisdiksi peradilan.”

Keluarga Sadr juga memperingatkan bahwa sebagian pihak berusaha menggunakan kekuatan finansial dan media untuk memutarbalikkan fakta, mengalihkan opini publik, dan menampilkan pelaku sebagai korban.

“Keluarga Sadr menyerukan kepada semua pecinta kebebasan, terutama mereka yang menyuarakan keprihatinan atas penahanan sewenang-wenang, agar berdiri di sisi kebenaran dan meninggikan suara untuk mengakhiri salah satu ketidakadilan terbesar dalam sejarah modern — penculikan Imam Sadr dan kedua pendampingnya.”

Keluarga tersebut menegaskan kembali komitmen penuh terhadap jalan dan cita-cita Imam Musa al-Sadr, serta terhadap penegakan hukum dan kemanusiaan dalam mengejar kasus ini sesuai prinsip-prinsip hukum yang berlaku.

Imam Musa al-Sadr adalah seorang ulama Syiah terkemuka keturunan Iran yang mendirikan Gerakan Amal (Harakah Amal) di Lebanon pada tahun 1974. Ia datang ke Lebanon pada tahun 1959 untuk memperjuangkan hak-hak kaum Syiah di kota pelabuhan Tyrus (Tyre), sekitar 80 kilometer di selatan Beirut.

Sang ulama menghilang pada 31 Agustus 1978 saat melakukan kunjungan resmi ke ibu kota Libya, Tripoli.

Pemerintah Lebanon hingga kini menyalahkan pejabat-pejabat Libya terdahulu atas hilangnya ketiga tokoh tersebut.

Sejak Muammar Gaddafi digulingkan dan tewas pada tahun 2011, Lebanon dan Iran berulang kali menyerukan agar pemerintah Libya melakukan penyelidikan resmi terhadap kasus hilangnya Imam Sadr.

Hannibal Gaddafi, yang kini ditahan di Lebanon, dikenai dakwaan menyembunyikan informasi penting terkait kasus Sadr.
Pada Agustus 2016, keluarga Imam Sadr telah mengajukan gugatan hukum terhadap Hannibal Gaddafi atas keterlibatannya dalam hilangnya ulama besar Syiah tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *