Teheran, Purna Warta – Kunjungan yang dilakukan perdana menteri kriminal Israel Netanyahu ke Washington, AS setelah sembilan bulan genosida di Gaza menghancurkan citra palsu peradaban Barat yang tidak bersalah dan menyingkap sifat kejam dan jahat AS, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.
Baca juga: VIDEO] – Netanyahu Dapat Tepukan Tangan saat Gaza Utara Sedang Dihantam Bom
Dalam sebuah posting di akun X-nya pada hari Kamis, Nasser Kanaani mengatakan “perdana menteri kriminal dari rezim palsu” telah diterima oleh para sponsornya setelah sembilan bulan genosida dan pembunuhan bayi di Jalur Gaza.
Juru bicara Iran mencatat bahwa kunjungan Benjamin Netanyahu ke Washington, AS telah membuat upaya penipuan selama puluhan tahun oleh peradaban Barat untuk menggambarkan citra dirinya yang tidak bersalah dan manusiawi menjadi sia-sia dan mengungkap wajah “kekerasan dan jahat” dari kebijakan AS.
Mengejek para pemimpin dan politisi Amerika dan Eropa atas “slogan konyol” yang menyerukan hak asasi manusia, Kanaani berkata, “Hak asasi warga Palestina, termasuk hak untuk hidup, keamanan, makanan, air, obat-obatan, perawatan, dll., sedang diinjak-injak di Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan cara yang paling mengerikan di depan mata dunia; dan anak-anak Palestina dibantai setiap hari oleh tukang jagal Tel Aviv (Netanyahu), sementara pemerintah dan Kongres AS menyambut algojo itu dengan tepuk tangan atas semua kejahatan ini.” Istilah “memalukan” terlalu lemah untuk menjelaskan bencana yang mengerikan seperti itu, katanya tentang kunjungan perdana menteri Israel ke AS. Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Washington, DC, pada hari Rabu untuk berdemonstrasi menentang pidato Netanyahu di Kongres AS. Para demonstran membawa patung Netanyahu yang berlumuran darah, melambaikan bendera Palestina, dan meneriakkan “bebaskan Palestina” saat perdana menteri Israel berbicara.
Baca juga: [FOTO] – Atlet Palestina Berjuang di Olimpiade Ditengah Perang
Dalam pernyataannya kepada anggota parlemen AS, Netanyahu membela perang rezim Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina, menyebabkan lebih dari 80 persen penduduk Gaza mengungsi, dan membawa wilayah itu ke ambang kelaparan.