Teheran, Purna Warta – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan kembali bahwa bangsa Iran tetap teguh dalam menjaga kemerdekaan dan martabatnya, menggarisbawahi komitmen berkelanjutan negara tersebut untuk melawan dominasi asing.
Dalam sebuah pesan yang diunggah di X pada hari Selasa, Esmaeil Baqaei merefleksikan makna historis tanggal 13 Aban (4 November), menggambarkannya sebagai hari yang memperingati tiga peristiwa penting dalam sejarah modern Iran, yaitu pengasingan Imam Khomeini setelah penentangannya terhadap Hukum Kapitulasi, pembunuhan mahasiswa yang berunjuk rasa pada tahun 1978 dalam demonstrasi menentang rezim monarki, dan pengambilalihan kedutaan AS di Teheran pada tahun 1979, yang menurutnya melambangkan protes bangsa Iran terhadap puluhan tahun campur tangan asing.
Baqaei menyatakan bahwa selama tiga dekade terakhir, satu pesan yang jelas telah berulang kali disuarakan — bahwa rakyat Iran bertekad untuk melindungi kemerdekaan, martabat, dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Ia lebih lanjut mencatat bahwa di dunia saat ini, di mana ambisi hegemonik dan rasa superioritas diwujudkan melalui agresi militer, pelanggaran komitmen, sanksi, tekanan ekonomi, dan monopoli teknologi, makna sejati perlawanan terhadap arogansi terletak pada perlawanan yang kuat terhadap paksaan, disertai kepatuhan terhadap keadilan, kemandirian intelektual, serta kemajuan ilmiah dan pribumi.
Ia mengakhiri pesannya dengan menghormati kenangan semua orang yang memperjuangkan kemerdekaan, kehormatan, dan kebebasan Iran.
Rakyat Iran memperingati Hari Nasional Melawan Arogansi Global dalam demonstrasi di seluruh negeri pada tanggal 4 November.
Para demonstran, yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa, menyatakan penentangan mereka terhadap kebijakan dan sikap arogan musuh, khususnya AS dan rezim Zionis.
Pada 4 November 1979, kurang dari setahun setelah kemenangan Revolusi Islam yang menggulingkan monarki yang didukung AS, mahasiswa Iran yang menyebut diri mereka “mahasiswa yang mengikuti jejak (almarhum) Imam (Khomeini)” merebut Kedutaan Besar AS di Teheran, yang telah menjadi pusat spionase dan rencana untuk menggulingkan sistem Islam yang baru berdiri di Iran.
Para mahasiswa yang merebut kedutaan tersebut kemudian menerbitkan dokumen yang membuktikan bahwa kompleks tersebut memang terlibat dalam rencana dan tindakan untuk menggulingkan Republik Islam.
Setiap tahun pada tanggal 13 bulan Aban Iran, bangsa Iran, khususnya para mahasiswa, mengadakan demonstrasi di seluruh negeri untuk memperingati hari tersebut.


