Damaskus, Purna Warta – Rezim Zionis Israel, melalui surat kepada penguasa baru Damaskus, menyatakan bahwa mereka tidak akan keluar dari wilayah yang mereka duduki di Suriah dengan dalih keamanan.
Kantor berita Palestina Ma’an, mengutip surat kabar Zionis Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa meskipun sekitar sepekan lalu Ahmad Al-Shar’a (Abu Muhammad Al-Julani), pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham, mengirim pesan hati-hati yang menyatakan bahwa ia tidak berniat berkonfrontasi dengan Israel, otoritas Tel Aviv telah mengirim pesan kepada penguasa baru Damaskus menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima upaya apa pun dari kelompok jihadis (Hay’at Tahrir al-Sham) untuk mencapai wilayah selatan Suriah.
Menurut surat kabar Zionis Israel tersebut, otoritas rezim ini menegaskan bahwa jika ada pihak yang bertanggung jawab di Suriah, mereka mungkin akan mempertimbangkan relokasi ke zona penyangga. Namun, selama pihak tersebut belum ada, mereka akan tetap khawatir terhadap keamanan mereka.
Pernyataan pejabat rezim Zionis Israel mengenai keberadaan pasukan mereka di wilayah Suriah disampaikan setelah beberapa hari pasca jatuhnya rezim Assad. Ahmad Al-Julani, pemimpin oposisi bersenjata Suriah, menyatakan bahwa Damaskus akan mematuhi perjanjian tahun 1974 dengan Israel dan meminta komunitas internasional untuk memastikan Tel Aviv juga mematuhi perjanjian tersebut.
Sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad, rezim Israel telah menduduki zona penyangga antara Suriah dan wilayah pendudukan Palestina dengan dalih menetralkan ancaman keamanan terhadap mereka.
Sebelumnya, jaringan Al-Mayadeen Lebanon melaporkan bahwa militer rezim Israel telah membangun tujuh pos militer permanen di sepanjang zona penyangga dengan Suriah di wilayah pinggiran Damaskus, Daraa, dan Quneitra.